Medos bisa saja menjadi ajang reuni virtual dengan teman yang sudah lama tak bersua. Bahkan bisa bersatu dan berkumpul berdasarkan kesamaan minat dan hobi. Semisal hobi menulis, hobi hidroponik, hobi drakor, atau hobi kuliner.
Sehingga, medsos tak lagi menjadi ruang antar personal. Namun berubah menjadi ajang komunal. Siapa yang jeli, akan meraih manfaat dari ruang-ruang tersebut. Apakah keuntungan finansial, relasi, peluang kerja dan sebagainya. Iya, tah?
Hingga hari ini, aku memiliki empat media sosial. Dua tergolong aktif, dan dua lagi disesuaikan dengan kebutuhan. Selain alasan kapasitas gawai jadul yang kumiliki. Aku tulis beserta alasannya, ya?
Pertama. Facebook.
Ini Medsos tertua yang kumiliki. Tujuan awalnya, biar bisa berinteraksi dan bertukar informasi dengan teman dan handai taulan yang saling berjauhan. Entah kabar bahagia atau berita duka.
Nah, waktu ngabuburit, medsos ini sering aku buka. Saling sapa, bertukar komentar atau sekadar mencari tahu keadaan serta keberadaan mereka.
Kedua. Whatsapp.
Duh, ini aplikasi yang banyak menyita memori ponselku. Karena tak hanya untuk interaksi pribadi yang bersifat privat. Namun juga puluhan grup yang menjadi konsumsi publik.
Keuntungan lain dari aplikasi ini, aku bisa mengatur diri berdasarkan kebutuhan dan manfaat. Ada grup yang khusus urusan kerja, urusan organisasi, urusan hobi hingga grup alumni dan grup keluarga.
Nah, saat gabut sambil ngabuburit, aku bisa saja ngerecokin anggota grup. Atau malah menjadi silent reader dari lalu lintas chitchat yang bisa ribuan dalam satu hari. Hehehe...