Kedua. Mengelola Keinginan.
Dulu, saat sekolah dasar aku belajar peribahasa Rajin Pangkal Pandai, Hemat pangkal Kaya. Kalau di Minang, ada ujaran tetua. "Ukurlah bayang sepanjang badan".
Mengelola keinginan itu sangat berat. Karena berhadapan dengan diri sendiri. Namun, idealnya itu harus dilakukan. Agar ada kesesuaian antara pemasukan dan pengeluaran. Gagal mengelola keinginan, peluang besar pasak daripada tiang, akan terjadi.
Bilang ibuku, "Kita boleh sama keinginan dengan orang. Tapi, jangan samakan keinginan orang dengan kita." Misal? Bila ingin membeli mobil. Jika orang lain beli mobil baru, kita cukup dengan mobil bekas yang sesuai dengan kondisi keuangan kita. Toh, sama-sama mobil, kan?
Ketiga. Menata Kebutuhan.
Ini poin tersulit dari urusan mengatur keuangan. Biasanya, jika ada uang, semua hal tiba-tiba menjadi kebutuhan! Sesuatu yang kadang tak terpikirkan jika tak memiliki uang. Aku sering mendengar curhat teman, Yang mengaku, hari terrsulit adalah hari saat menerima gaji!
Kompromi dengan kebutuhan, menjadi satu-satunya solusi. Kebutuhan dasar untuk bertahan hidup (primer) menjadi prioritas utama. Jika ini terpenuhi baru memikirkan kebutuhan sekunder dan kebutuhan pelengkap (tersier).
Lucunya, ada juga yang susah payah untuk memenuhi biaya kebutuhan harian seperti biaya makan, karena gaji sebagian besar dipotong untuk angsuran mobil! Hal ini terjadi, karena mengabaikan rumus dari Thomas Jefferson tadi, kan?
Tak hanya bulan ramadan, Bulan-bulan lainnya, dalam hal mengatur keuangan adalah sebuah keharusan, kan? Apatah lagi jika sudah masuk jenjang pernikahan! Selain urusan Kepercayaan dan pengkhianatan, masalah finansial, menjadi sumber utama dari sebab perceraian.
Bulan Ramadan menjadi khusus, karena adanya momentum! Bahwa jka puasa, ada tradisi berbuka yang tak ada pada hari-hari biasa. Selain itu, di akhir Ramadan ada momentum Idul fitri. Ada tradisi membeli pakaian baru, renovasi rumah, kue, angpau hingga biaya mudik