Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jangan Pernah Habiskan Uang yang Belum Dimiliki

19 April 2021   06:54 Diperbarui: 19 April 2021   07:02 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mata uang (sumber gambar: pixabay.com)

Kekurangan uang adalah akar dari kejahatan (Mark Twain)

Mark Twain adalah nama pena seorang novelis berkebangsaan Amerika.  Nama aslinya, Samuel Langhorne Clemens. Meninggal pada usia 74 tahun pada 21 April 1910. Salah satu Novel terkenalnya berjudul The Adventure of Tom Sawyer.

Bukan tanpa sebab, aku meminjam ungkapan Mark Twain di atas. Alasan logisnya, masalah keuangan bisa menjadi salah satu pemicu atau sebagai sumber awal sebuah konflik sebuah cerita bagi sebagian penulis.

Di Indonesia? Kisah Siti Nurbaya atau Novel Gadis Pantai karya Pram, bisa menjadi salah satu rujukan. Jika situasi kekurangan uang, adalah pemicu, bahkan penentu konflik sebuah cerita. Di ranah fiksi, gejala sosial yang terjadi, biasanya digambarkan tersembunyi, kan?

Kejahatan dengan nama Perampokan, pencurian atau pembunuhan pun tak lolos dari motif kekurangan uang. Korupsi bahkan disetarakan dengan judi dan prostitusi, sebagai kejhatan yang nyaris abadi! Bahkan ada yang bilang, termasuk kejahatan kemanusiaan.

Makna kekurangan uang. Tak seharfiah makna tak memiliki uang sama sekali.  Namun, bisa saja karena ada kekeliruan dalam mengatur atau mengelola keuangan yang dimiliki. Sehingga selalu merasa kurang. Jika ini yang terjadi, maka kejahatan mendapatkan peluang dan ruang.

Ilustrasi seorang analis keuangan (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi seorang analis keuangan (sumber gambar: pixabay.com)
Terus, Bagaimana Cara Mengatur Keuangan?

Aku sepakat, jika membahas tentang mengelola keuangan, setiap orang memiliki mazhab yang berbeda. Karena kebutuhan dan keinginan serta tujuan dalam pemanfaatan keuangan pasti berbeda pula.

Pengelolaan keuangan pun, tak akan jauh-jauh dari menyusun anggaran yang disesuaikan dengan pendapatan, menata pengeluaran seiring kebutuhan serta menentukan prioritas penggunaan. Investasi atau menabung, terkadang menjadi pilihan paling akhir.

Namun. Ada poin utama yang acapkali terlupa dijadikan buah pemikiran saat mengelola keuangan. Aku pinjam kalimat Thomas Jefferson, mantan Presiden Amerika. Biar rujukannya selaras dengan kalimat di awal tulisan.

"Jangan menghabiskan uang kamu, sebelum kamu memilikinya"

Konsep Thomas Jefferson ini, sedikit bertentangan dengan teori bahkan perilaku ekonomis yang sekarang berkembang di tengah masyarakat.

Contohnya? Kita sering mendengar istilah "menyekolahkan SK" ke lembaga keuangn semisal perbankan, dengan potongan gaji bulanan dalam prosentase yang bervariasi, tah? Tak hanya di kalangan ASN, usai pelantikan anggota legislatif, perilaku ini juga sempat terdengar, kan?

Konsep "menyekolahkan SK" ini sudah menjadi budaya. Jika dulu, orang berhutang secara diam-diam dan sembunyi. Sekarang, malah terang-benderang. Orang tak lagi malu berhutang, bahkan nyaman dan menikmati kehidupan di area itu.

Terkadang, Biaya gaya hidup lebih mahal dari biaya hidup. Hiks...

Ilustrasi perencaan keuangan (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi perencaan keuangan (sumber gambar: pixabay.com)
3 Hal yang Perlu Dilakukan dalam Mengatur Keuangan.

Dengan berpijak dari dua quote orang Amerika itu, Karena bukan penasehat bidang finansial. Aku tulis saja caraku seiring pengalaman pribadi dalam mengatur keuangan, ya?

Pertama. Mengatur Pikiran.

Adalah bohong jika tak memiliki harapan, di masa depan aku bisa hidup sejahtera. Namun, ukuran sejahtera setiap orang berbeda, tah? Karena berasal dari pikiran tentang perencanaan masa depan yang pasti berbeda juga.

Hematku, berkaitan dengan keuangan, mesti adil sejak dari pikiran. Semisal aku memiliki uang sepuluh ribu, maka aku akan berpikir apa saja yang bisa dimanfaatkan atau didapatkan dengan uang sejumlah itu.

Jika berpikir untuk mendapatkan sesuatu melebihi nilai sepuluh ribu, aku akan over thinking mencari kekurangannya. Akibatnya? Sesuai dengan rumusan Mark Twain, pintu kejahatan bisa terbuka dari arah mana saja.

Kedua. Mengelola Keinginan.

Dulu, saat sekolah dasar aku belajar peribahasa Rajin Pangkal Pandai, Hemat pangkal Kaya. Kalau di Minang, ada ujaran tetua. "Ukurlah bayang sepanjang badan".

Mengelola keinginan itu sangat berat. Karena berhadapan dengan diri sendiri. Namun, idealnya itu harus dilakukan. Agar ada kesesuaian antara pemasukan dan pengeluaran. Gagal mengelola keinginan, peluang besar pasak daripada tiang, akan terjadi.

Bilang ibuku, "Kita boleh sama keinginan dengan orang. Tapi, jangan samakan keinginan orang dengan kita." Misal? Bila ingin membeli mobil. Jika orang lain beli mobil baru, kita cukup dengan mobil bekas yang sesuai dengan kondisi keuangan kita. Toh, sama-sama mobil, kan?

Ketiga. Menata Kebutuhan.

Ini poin tersulit dari urusan mengatur keuangan. Biasanya, jika ada uang, semua hal tiba-tiba menjadi kebutuhan! Sesuatu yang kadang tak terpikirkan jika tak memiliki uang. Aku sering mendengar curhat teman, Yang mengaku, hari terrsulit adalah hari saat menerima gaji!

Kompromi dengan kebutuhan, menjadi satu-satunya solusi. Kebutuhan dasar untuk bertahan hidup (primer) menjadi prioritas utama. Jika ini terpenuhi baru memikirkan kebutuhan sekunder dan kebutuhan pelengkap (tersier).

Lucunya, ada juga yang susah payah untuk memenuhi biaya kebutuhan harian seperti biaya makan, karena gaji sebagian besar dipotong untuk angsuran mobil! Hal ini terjadi, karena mengabaikan rumus dari Thomas Jefferson tadi, kan?

Ilustrasi mata uang dan logam mulia sebagai investasi (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi mata uang dan logam mulia sebagai investasi (sumber gambar: pixabay.com)
Terus, Bagaimana Saat Bulan Ramadan?

Tak hanya bulan ramadan, Bulan-bulan lainnya, dalam hal mengatur keuangan adalah sebuah keharusan, kan? Apatah lagi jika sudah masuk jenjang pernikahan! Selain urusan Kepercayaan dan pengkhianatan, masalah finansial, menjadi sumber utama dari sebab perceraian.

Bulan Ramadan menjadi khusus, karena adanya momentum! Bahwa jka puasa, ada tradisi berbuka yang tak ada pada hari-hari biasa. Selain itu, di akhir Ramadan ada momentum Idul fitri. Ada tradisi membeli pakaian baru, renovasi rumah, kue, angpau hingga biaya mudik

Sesungguhnya, kita memiliki sepuluh hingga sebelas bulan untuk merencanakan dan mempersiapkan pemenuhan kebutuhan untuk Ramadan, kan?

Masalahnya, kita terbiasa menunda pemenuhan kebutuhan itu. Kemudian menumpuknya menjadi satu kebutuhan utuh di bulan Ramadan. Aih, ini hanya kiramologiku saja.

"Gagal dalam perencanaan, bisa bermakna merencanakan kegagalan."

Terus, Tips mengatur keuangan selama Ramadan apa, Bang? Tiga hal itu tadi! Pertama, Mengatur Pikiran. Kedua, Mengelola Keinginan. Ketiga, Menata Kebutuhan. Kukira, Itu saja!

Curup, 18.04.2021

Zaldy chan

[ditulis Untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun