Kegiatan ini, jamaknya, dilakuan 10 hari di akhir Ramadan. Anak-anak dilibatkan untuk menjadi amil zakat. Entah sebagai penjaga  meja Panita zakat di Masjid, atau langsung menjemput ke rumah-rumah jamaah. Jika zakat yang diserahkan berbentuk beras.
Tiga hari menjelang Ramadan, anak-anak kembali dilibatkan untuk membagikan zakat fitrah tersebut kepada orang-orang yang sudah ditentukan oleh Panitia Zakat. Tentu saja didampingi oleh orang-orang dewasa.
Dulu, aku merasakan kebahagiaan yang luarbiasa. Malah, merasa seperti pahlawan! Padahal, hanya membantu menyerahkan! Dari keterlibatan pada kegiatan semacam ini, Sejak usia dini, aku jadi tahu bagaimana rasanya berbagi kebaikan.
Keempat. Pembagian Hadiah dan Pawai Takbiran
Ini adalah puncak dari kegiatan selama Ramadan bagi anak-anak. Setelah pengumuman pemenang lomba dan pembagian hadiah, serta pengambilan uang tabungan. Anak-anak akan diajak untuk ikut terlibat dalam pawai takbiran.
Aku masih ingat. Dulu, mulai dari pawai takbiran dengan menggunakan obor dan berkeliling dengan berjalan kaki. Â Kemudian, zaman berubah!Â
Pemerintah daerah mengubah pola pawai dengan menggunakan kendaraan! Terus bagaimana dengan anak-anak yang orangtuanya tak memiliki kendaraan?
Tenang! Pasti ada kendaraan dari jamaah masjid yang dengan sukarela mengajak anak-anak! Tak hanya itu, biasanya pemilik kendaraan besar semisal truk batu pasir hingga kendaraan pengangkut sayur juga sudah siap sedia dengan sukarela tanpa dipungut biaya!
Sesungguhnya, masih banyak nostalgia khas Ramadan yang sekarang kudirindukan. Seperti halnya tradisi perang meriam bambu di saat Ramadan yang sudah begitu lama menghilang dari dunia akan-anak di kampungku.