Marhaban, Yaa Ramadan
Mohon dimaafkan
Walau terkesan individual, anggaplah ucapan ini berasal dari orang yang super sibuk. Jadi, tak sempat untuk merangkai kata-kata penuh estetika yang menyentuh rasa. Namun, tidak mengabaikan lingkungan dan keadaan sekitar.
Cukuplah dengan pesan yang singkat dan to the point. Itu sudah mewakili yang ingin disampaikan, tah? Kerennya, mereka tak melakukan copy-paste ucapan yang banyak beredar di media sosial. Â
Kami sekeluarga mengucapkan selamat menunaikan ibadah di bulan suci Ramadan. Semoga kita selalu diberi kesehatan. Mohon maaf lahir dan bathin.
Pernah membaca ucapan seperti ini? setidaknya tertera di baliho atau spanduk. Terutama di musim kampanye untuk pemilu atau pilkada. Disertai foto, dengan tangan menangkup di dada, di bibir mereka ada segaris senyuman seakan mengucapkan via tulisan.
Karena tak lagi musim kampanye, hal seperti itu menghilang. Namun tren ucapan bernada seperti itu tak hilang. Bagiku, jika mendapat ucapan seperti itu, mereka adalah orang-orang yang hidup kesehariannya memang penuh dengan sikap formal, sehingga format ucapan mereka template.
Hoi, bentar lagi Ramadan!
Gak usah repot kirim pesan, Lu semua udah Gue maafkan!
Biasanya, jenis ucapan seperti ini ditujukan untuk orang yang dekat dan akrab. Konsumen pesannya pun untuk kalangan terbatas. Semisal dalam grup WA Alumni. Walau, tak menutup kemungkinan, biar terlihat "tampil" beda, kan?
Aku pribadi menunggu tipe orang yang menulis pesan seperti ini. Karakter orang yang riuh dan heboh. Terkadang, aku melupakan esensi dari ucapan mereka tentang sepatah kata maaf. Aih...