Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duduk Manis, Menanti Reaksi Netizen Usai Duel Catur Irene Sukandar Vs Gotham Chess

31 Maret 2021   17:28 Diperbarui: 31 Maret 2021   19:51 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidak Catur (sumber gambar: pixabay.com)

"Duel Catur Irene Sukandar vs Gotham Chess Resmi Digelar"

Kalimat ini adalah judul artikel dari salah satu portal berita. Hal itu cukup menarik minatku untuk membaca hingga tuntas. Aku jadi ingin tahu. Bukan hanya tentang kapan dan di mana duel tersebut akan dilaksanakan. Namun, juga jadi pinisirin! Kenapa dan ada apa?

Pada awalnya, aku sepakat dengan tajuk Topik Pilihan di Kompasiana, yang mengangkat tema dengan menggunakan diksi "Mendadak Demam Catur".

Hal itu, tentu saja mengacu pada nilai-nilai kegotongroyongan jari jempol netizen pada fenomena "kisruh" keberadaan Akun Dewa Kipas, usai berhadapan dengan Levy Rozman pemilik akun Ghotam Chess. Atas nama semangat tahun 2021, hingga badai perundungan netizen pun terjadi!

Dan, aku menyangka. Usai duel persahabatan berujung "tragis" yang ditayangkan di Podcast Deddy Corbuzier itu, demam catur segera pulih. Wong, yang namanya demam, apalagi mendadak, biasanya memiliki durasi waktu yang singkat, kan?

Ternyata aku salah! Hiks...

Podcast (sumber gambar: pixabay.com)
Podcast (sumber gambar: pixabay.com)
Pelajaran Usai Podcast Deddy Corbuzier Mengendarai Badai Perundungan.

Setelah mantan mentalist Deddy Corbuzier (walau aku sepakat jika dibilang pesulap), melakukan tahapan konfirmasi, membahas dan membilas akar masalah. Kemudian menjadi inisiator sekaligus distributor hadiah pada duel persahabatan GMW  Irene  Kharisma Sukandar versus Dewa Kipas alias Dadang Subur.

Hasil akhir yang berujung 3-0, asumsiku, menyiratkan berbagai hikmah dan pelajaran. Bagi Content Creator, tindakan Deddy Corbuzier ini bisa menjadi referensi sekaligus yurisprudensi. Selalu ada celah di balik masalah. Jika terampil mencari ruang dan membaca peluang.

Dalam hal meraih ruang dan peluang, Deddy Corbuzier tak menikmati sendiri. Tagline "Tiba-tiba Monica" pun menjadi viral. Sosok komentator cantik IM Chelsi Monica dalam duel persahabatan itu pun, kebanjiran atensi dari publik. Menemani hastag "Tiba-tiba main catur".

Bagi GMW Irene Kharisma Sukandar, tak hanya membawa pulang hadiah uang 200 juta. Namun juga memperkuat sikap pendirian dan keyakinannya, bahwa untuk menjadi pecatur yang memiliki kualitas, tak cukup dengan sekadar mengisi waktu senggang.

Kemenangan itu, sebagai satu titik dari panjang garis karir yang dirintisnya sejak kecil hingga meraih gelar GMW. Butuh pembuktian dari perjuangan dan pengorbanan yang sudah dilalui. Hingga hari ini, sosok Irene pun, mudah dijumpai wara-wiri di beragam media sebagai bintang tamu.

Bagi Dadang Subur, tak hanya mendapatkan uang tampil dengan nominal 100 juta. Namun menjadi tahu, sambil merenungi jejak peristiwa itu bermula. Juga mengerti, menjadi pecatur hebat, tak bisa ditempa dengan segelas kopi dalam sesi pengisi waktu luang.

Selain itu, beliau cukup beruntung. Netizen memiliki jiwa sportifitas dan mental suportivitas. Ada "pemakluman" terhadap hasil akhir. Jika pun ada yang menghujat, itu sebagian kecil. Tak cukup menjadi bumbu penyedap perundungan massal.   

Bagi netizen? Idealnya, cukup untuk mengajak siapapun agar belajar lebih arif lagi. Tak mudah tergoda melakukan perundungan. Namun, juga susah menggunakan jari telunjuk, mencari netizen yang mana atau siapa? Tapi, tataran idealnya begitu, tah?

Tahapan Pelatihan (sumber gambar: pixabay.com)
Tahapan Pelatihan (sumber gambar: pixabay.com)
3 Alat Ukur Menguji Kemampuan Bermain

Walau tak persis sama. Permainan catur, permainan di masa kecil semisal permainan Ludo atau Halma, memiliki konsep serta tingkat kerumitan yang berbeda.

Secara kiramologi, setidaknya ada 3 alat ukur untuk menguji kemampuan seseorang dalam bermain.

Pertama. Penguasaan Teori.

Secara akademis, teori itu lahir karena pelajaran, kebiasaan atau pengalaman yang bisa dibuktikan. Begitu juga dalam permainan catur, ludo dan halma. Jika dibelah menjadi dua kubu, bermain catur adalah seni menyerang dan seni bertahan.

Bagi praktisi dan penikmat catur yang menyukai seni menyerang, Nama Michael Tal menjadi salah satu pilihan. Permainan pemilik julukan "Magician from Riga" itu, punya langkah-langkah taktikal serta pengorbanan yang penuh kejutan.

Sebaliknya, Bagi yang suka tipe bertahan. Nama Tigran Petrosian boleh menjadi referensi sebagai "Master Pertahanan" terbaik. Pola bermain posisional yang dimilikinya, mampu mengunci serangan lawan hingga melakukan kesalahan. Yang berujung serangan balik mematikan.

Dalam hal teori, Indonesia punya sekolah catur seperti milik GM Utut Ardianto. Namun, Youtube pun bisa menjadi "sekolah gratis" untuk mendapatkan teori-teori permainan catur. Silakan menikmati. Setidaknya, menggunakan kata kunci dua nama besar mantan juara dunia catur di atas.

Kedua. Melakukan Praktik.

Pepatah Arab memiliki kalimat, "Ilmu tanpa amal, seperti pohon tanpa buah". Bukan hanya permainan catur. Dalam bidang apapun, tak akan ada gunanya jika hanya penguasaan sebatas teoritis. Orang-orang lebih berpihak kepada orang yang mampu praktik, kan?

Silakan berseluncur ke Youtube untuk menikmati permainan para legenda catur, sekaligus mengeja keseruan teori-teori catur. Mulai dari teori pembukaan, biasanya 10 langkah pertama (Opening), teknik di tengah permainan (Midle Game), hingga permainan babak akhir (Ending).

Nama-nama seperti Susanto Mergaranto, Irene Kharisma Sukandar atau Medina Aulia, memang meraih gelar Grand Master pada usia cukup belia. 16 tahun. Namun, mereka telah memulainya jauh sebelum menginjak usia tersebut, kan?

Ketiga. Teruji dalam Kompetisi.

Kukira, semua akan sepakat. Bahwa, kompetisi menjadi alat ukur untuk melihat kualitas serta kuantitas seseorang, kan? Termasuk dalam bermain catur. Sebab, kompetisi tak hanya menguji penguasaan teori dan keterampilan praktik. Namun, juga mental.

Silakan menilik situs FIDE (per Februari). Dari peringkat 20 Besar Dunia, terdapat nama Ali Firouzja. Pecatur asal Iran ini, masih berusia 17 tahun. Duduk di peringkat 13 dengan elo rating 2759. Dikenal dengan sebutan Grand Master Super (Memiliki Elo Rating di atas 2700).

Peringkat satu, adalah Magnus Carlsen, sang juara dunia dengan Elo Rating 2846. Di 10 besar ada nama Timour Radjabov dengan ELO 2765. Rajdabov sebaya dan sempat bersaing dengan Susanto Mergaranto di level junior.

Saat ini, Susanto Mergaranto adalah pecatur terbaik Indonesia memiliki Elo rating 2550. Disusul GM Terbaru Indonesia Novendra Priasmoro dengan Elo 2502. Kenapa selisihnya jauh? Kompetisi adalah jawabannya!

Bidak Catur (sumber gambar: pixabay.com)
Bidak Catur (sumber gambar: pixabay.com)
Sekilas Perkembangan Catur Terkini

Saat ini, permainan catur tak hanya kompetisi catur klasik (Clasic Chess) dengan durasi minimal 90 menit. Tapi juga ada catur cepat (Rapid/Blitz Chess) berdurasi 10-5 menit. Selain itu, dari cara bermain, ada juga catur buta (Blind Chess) yang bermain tanpa melihat papan, tapi dengan mengingat notasi langkah. Ngeri? Belum!

Di dunia maya, beragam aplikasi catur juga menyediakan jenis permainan "Puzzle Chess". Mirip-mirip permainan "3 langkah mati" yang seringkali hadir di pasar malam. Seperti namanya, pemain diajak untuk menaklukkan teka-teki untuk menemukan langkah paling presisi.

Ada juga permainan "Chess 960". Di mana susunan perwira diacak sedemikian rupa, berbeda dari susunan perwira pada permainan catur yang kita kenal. Saat ini, malah lagi booming "Bullet Chess" . Permainan yang hanya menyediakan waktu 1 menit untuk para pemain.

Ilustrasi Sosial Media (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi Sosial Media (sumber gambar: pixabay.com)
Jadi?

Begitulah! Tiga alat ukur berupa Penguasaan Teori, Melakukan Praktik serta Teruji dalam Kompetisi, bisa menjadi pedoman untuk kualitas permainan seseorang. Terus, aku pun berharap "Demam Catur" ini, tak kunjung pulih! Hihi...

Bagiku pribadi, kasus Dewa Kipas, cukup menjadi pelajaran untuk kembali mengukur diri. Dalam bermain catur, cukuplah aku puas merasakan menjadi juara catur di kedai kopi yang setiap lima menit berganti. 

Oh, iya! Bagi pecinta catur, silakan menikmati duel catur antara GM Irene Sukandar VS IM Levy Rozman dang pemilik akun Gotham Chess, nanti malam, ya? Tentunya, sambil menunggu reaksi Netizen. Ahaaay....

Curup, 31,03.2021

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun