"Bangun, Nak!"
Tak biasanya ibu membangunkanku. Apalagi jarum pendek pada jam yang tergantung di dinding kamarku, baru menunjukkan pukul dua dini hari.
"Kita ke sebelah, yuk?"
"Hah? Ke..."
"Ko Chen udah pergi, Nak."
Sesaat aku menatap mata ibu yang menghindar dengan memelukku. Mataku pun beralih ke meja di sudut kamar. Memandang bungkusan plastik tebal berwarna hitam. Angpau terakhir dari Ko Chen.
Tangis ibu, mengajakku mengingat kembali cerita Ci Aan siang tadi. Isi di dalam plastik hitam itu adalah tabungan Ko Chen untuk anak bungsunya. Aku.
Curup, 12.02.2021
[Ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H