"Biasanya beli sendiri, kan?"
"Ica sakit. Dia takut kehabisan. Makanya saya kesini. Katanya Cuma di sini yang jual majalah itu"
"Innalillahi!" Spontan Dedi bergumam. "Sakit apa, Pak?"
Tak sadar raut wajah Pak Gatot di hadapannya berubah. "Tipes. Mungkin capek. Dia itu, kalau..."
Pak Gatot berusaha menjelaskan keadaan Ica, anaknya. Nada suaranya naik turun, seiring lalu lalang orang dan kendaraan yang melintas di depan kios. Bang Dedi serius mendengarkan.
"Maaf, Pak. Saya permisi dulu." Azki memotong pembicaraan.
Wajahnya memandang Pak Gatot, kemudian beralih ke Dedi. Tangan kanannya memegang erat kantong plastik hitam.
Pak Gatot terkejut. Ia menatap Azki tajam. Seakan bermakna, "tidak sopan! Guru datang, malah menghilang!"
Namun Dedi tersenyum. Anggukkan kepala pelan, tanda mengizinkan.
"Kau mau ke mana?" Tanya Pak Gatot yang tiba-tiba, berhasil menghentikan gerak kaki Azki yang hendak melangkah pergi.