Orang-orang akan terlatih untuk mengetahui pihak mana saja yang bertanggungjawab jika terjadi bencana. Siapa mengarahkan, apa yang harus dilakukan? Tahapan dan proseduralnya bagaimana? Jadi tidak sibuk bermain telunjuk atau saling menunggu dan mengandalkan.
Mungkin, ini adalah tataran ideal, ya? Apalagi jika edukasi dan simulasi ini dilakukan sejak usia dini.
Aku sering melihat jika ada upacara atau acara yang melibatkan pejabat. Seringkali dilakukan rangkaian simulasi acara. Peserta malah akrab dengan kalimat dari pembawa acara, semisal:
"Acara ketiga. Kata sambutan dari....,free memory!"
"Acara terakhir, Doa! Free memory!"
Aku membayangkan, jika simulasi acara dan upacara seperti itu, juga biasa dilakukan dalam hal kebencanaan, ya?
Mungkin tak persis sama atau serapi dan secanggih yang dilakukan Jepang. Setidaknya, tak hanya simbolik dan seremonial, kan?
Curup, 19.01.2021
Ditulis untuk Kompasiana]