Semua anak kelas satu lega menatap kepergian Irfan dan Fahmi, hingga lenyap di balik pintu ruang OSIS.
Azki masih berdiri di hadapan anak kelas satu. Joni menatapnya ramah. Ada senyum di sudut bibirnya.
"Namamu Azki, kan? Santai saja. Hal seperti ini, biasa."
Azki masih diam. Namun amarahnya surut. Wajah dan suara Joni, pelan dan ramah.
"Saat kamu tadi berlari keliling halaman, itu pemandangan yang biasa di sini. Anak kelas satu, akan terbiasa menghadapi seperti yang kamu rasakan barusan. Sesudah MOS ini, semuanya akan berlaku baik. Percayalah!"
Joni bicara nyaris berbisik. Seakan takut panitia MOS dan anak kelas satu mendengar. Ia tersenyum kembali. Azki pun membalas dengan senyum terpaksa.
"Bisa dimulai?" Tawar Joni. Azki mengangguk.
"Tapi aku belum pernah..."
"Ikuti aba-abaku!" Sahut Joni cepat. Sambil menepuk pelan pundak Azki.
Tak lama, terdengar suara keras Azki memberikan aba-aba sesuai dengan bisikan Joni. Lima belas menit kedua, anak-anak kelas satu sudah mulai serius.
Namun, sesekali tawa anak-anak kembali terdengar melihat kebingungan Azki. Bagaimana tidak? Saat aba-aba lencang depan Azki, menunjukkan gerakan lencang kanan! Aba-abanya hadap kiri, Ia ke kanan. Saat perintah istirahat di tempat, ia malah jalan di tempat!.