Sosok yang disapa Joni, mendekat. Sikapnya kaku seperti robot. Azki tersenyum, membayangkan Robocop, atau mungkin Power Rangers. Namun tak lama. Isi kepalanya sibuk memikirkan bagaimana cara memimpin.
Azki sering ikut upacara hari senin seperti tadi, melihat upacara tujuh belasan di televisi, juga pernah melihat anak-anak lomba gerak jalan. Tapi ia tidak pernah memimpin barisan. Bukannya tidak mau, tapi tidak sempat.
"Nama!"
Suara keras Irfan terdengar lagi. Azki masih sibuk dengan pikirannya. "Hei! Sebutkan nama!" Suara Irfan kali ini menggelegar. Azki kaget. Kepala Fahmi semakin merunduk.
"Apa, Kak"
"Nama!"
"Nama apa?"
"Nama kamu bodoh! Nama siapa lagi?"
Suara itu semakin keras. Anak-anak kelas satu semua diam, tak ada yang bergerak.
"Azki!" Â Jawaban pendek namun tegas, keluar dari mulut Azki.
Perlahan raut wajahnya mengeras. Tangannya keras  mengepal, dan gemetar. Jantungnya berdetak kencang. Matanya menatap tajam, tertuju pada sosok di hadapannya. Seperti seekor pemangsa yang siap menghabisi buruan.