***
Kukira, embun masih sibuk bercengkrama dengan pagi, saat kudengar suaramu di balik pintu kamar kost-ku. Lagi, terdengar suaramu memanggilku. Sedikit lebih keras dari sebelumnya.
Sesaat, kulirik jam yang tergantung di dinding. Pukul tujuh kurang sepuluh. Terburu, aku memakai baju dan membuka pintu. Kau berdiri menatapku. Tapi membisu.
"Masuklah! Aku cuci muka dulu."
Aku berbalik badan. Kau kutinggal di muka pintu. Kakiku bergegas ke kamar mandi. Tak ada janji untuk bertemu. Namun, aku mengerti kedatanganmu pagi itu. Kubiarkan kau menunggu.
Tak ada suaramu, saat aku keluar dari kamar mandi. Juga tak ada senyummu, saat menghidangkan segelas kopi. Â Kau memilih duduk di hadapku. Menatap mataku dalam diam. Aku tahu, kau ingin aku yang memulai.
"Dari mana?"
"Dari rumah."
"Lah? Kenapa pagi-pagi anak gadis bertamu?"
Tak ada reaksimu. Biasanya, jika sudah begitu. Â Pukulan pelan atau cubitan jemarimu akan lelusa singgah di tubuhku. Namun, tidak pagi itu.
"Tak boleh? Kalau begitu, aku..."