"Aku baru saja tiba di matamu." Katamu. Senja itu.
"Apa yang kaulihat?" Tanyaku. Sedikit mengangkat wajah.
"Cinta."
Ah. Sedari dulu kamu adalah raja gombal yang tidak terkalahkan, Ken. Jadi percuma saja berdebat denganmu. Aku tahu, aku pasti kalah.
Tapi itu dulu. Sepuluh tahun yang lalu. Ketika aku masih memakai seragam putih abu-abu.
"Ken. Kali ini kau salah! Di mataku tidak ada lagi cinta." Aku berusaha tersenyum.
Kamu bereaksi, menatapku. Tapi raut wajahmu sama sekali tidak berubah. Kamu tetap tenang. Bahkan sangat tenang. Setenang genangan kenangan yang kusimpan rapat-rapat di dalam hati.
Ah, kenangan ya, Ken? Tidak. Aku sudah berjanji untuk bisa mengalahkan perasaanku sendiri. Meski aku tidak yakin sepenuhnya, apakah aku bisa.
"Tidakkah ada kesempatan kedua bagiku, Ris?" Kamu masih belum berhenti menatapku. Aku menggeleng.
Sekali lagi Ken. Maafkan aku. Kita tidak boleh mengulang masa itu. Masa indah yang sesekali masih nakal melintas di jendela ruang kepalaku.