Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Haruskah Ada Dampak, Baru Tampak?

2 November 2020   22:05 Diperbarui: 4 November 2020   09:34 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani di sawah (sumber gambar : pixabay.com)

Aku tuliskan contohnya tentang hujan di bulan November, ya?

Ilustrasi petani di sawah (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi petani di sawah (sumber gambar : pixabay.com)
Kisah November sebagai Bulan Hujan, Ada Dampak Baru Tampak?

Bulan November dituduh tanpa mampu menyangkal, sebagai "Bulan Hujan". Salah satu "tuduhan" itu, ditahbiskan abadi oleh generasi 90-an. Itupun jika pernah menyimak lagu grup musik Guns N Roses yang berjudul "November Rain".

Curup -kota kelahiranku- tak pernah berurusan dengan judul lagu itu. Sebab dari bulan Januari-Desember akrab dengan curah hujan. Bayangkan jika dalam konser, sebagai vokalis, Axel Roses kerepotan mengingat perbedaan lirik dari "Januari Rain" hingga "Desember Rain".

Namun, jika berbincang tentang hujan. Reaksi tentang keberadaan hujan itu "Akan Tampak" setelah "Ada Dampak". Hal itu bisa terlihat dari tahapan reaksi petani di musim hujan.

Para petani pasti bahagia, ketika benih yang disemai, tumbuh dan bisa segera bertanam. Hujan atau lebih tepatnya butiran hujan sebagai rahmat dari Sang Pencipta. Pada tahap ini, hujan adalah sumber harapan.

Saat benih sudah ditanam. Tapi hujan curah hujan semakin deras hingga merendam bibit tanaman. Petani pun berharap tak lagi datang hujan, agar benih tak mengalami pembusukan. Saat seperti ini, hujan berubah menjadi keluhan.

Di masa perawatan satu hingga dua bulan awal. Tanaman akan melalui siklus butuh banyak air atau butuh sedikit air. Bayangkan kesedihan petani cabai atau kopi, ketika tanaman yang sedang berbunga, diterpa hujan? Hujan menjadi pemicu kemarahan tertahan.

Menjelang masa panen. Ternyata hujan tak kunjung reda. Petani di sawah menggerutu, bulir padi yang telat menguning karena kekurangan cahaya matahari. Begitu juga petani kopi dan cabai, apalagi petani sayuran yang terancam gagal panen. Hujan melahirkan makian!

Ketika hujan tak hanya meluluhlantakkan mata pencaharian. Namun juga rumah tempat tinggal yang dipicu banjir atau tanah longsor. Pada momen ini, hujan adalah awal musibah yang hadirkan tangisan.

Ilustrasi bidak catur (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi bidak catur (sumber gambar : pixabay.com)
Jadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun