Di kampungku, rumah paling tinggi hanya berlantai 3. Di atasnya, hanya ada menara masjid serta tower milik Telkom. Jadi, bisa dibayangkan rasa banggaku, yang besar di lingkungan hutan, kan? Jangan tertawa, ya?
Pukul tujuh pagi, aku ditanya oleh panitia, apakah mau sarapan di restoran hotel atau diantarkan ke kamar?
Sebagai orang kampung yang menjunjung tinggi rasa ingin tahu dan rasa penasaran. Maka kuputuskan untuk pergi ke restoran hotel. Tentu saja ditemani, mungkin lebih tepatnya dikawal. Agar tak kesasar.
Apa yang terjadi?
Di atas piring tipis yang lebar dan cantik itu, tersaji oseng-oseng kuning telur. Di sampingnya, tergeletak 5 irisan rebusan kentang setengah matang. Serta segelas jus jeruk dan sebuah apel!
Mataku perih menatap ukuran sendok dan garpu yang besar. Kukira, 3 kali sendok, kuning telur di atas piring itu langsung habis! Jemariku serasa enggan mencomot kentang rebus dengan saos tomat.
Ibuku pasti marah, kalau tahu pagi-pagi aku sudah minum jus jeruk! Hukumnya, makan nasi dulu agar tak sakit perut! Buah apel? Selain pisang, aku tak begitu suka buah-buahan.
Aih! Aku segera merindukan nasi goreng, potongan lontong, nasi uduk, mi ayam atau beragam gorengan! Ternyata, hotel berbintang tak menyediakan itu! Hiks...
Sambil menghabiskan sarapan yang tersedia, aku merenungkan nasibku, juga masa depan perutku. Satu-satunya harapanku, adalah menunggu waktunya makan siang biar kenyang!
Sebagai penunda rasa lapar, saat acara, kuminta ke panitia agar disediakan segelas kopi. Tahukah yang tersaji? Segelas kopi tanpa bubuk dengan gelas bertangkai yang indah, tapi ukuran kecil. Gulanya dicetak kotak-kotak!
Saat makan siang. Kupilih diantarkan ke kamar, biar kuhabiskan semua yang terhidang! Kalau di restoran hotel, pasti malu minta tambah, kan?