Jadi, walau sudah berganti dengan nama jalan Merdeka, penikmat bakso Mang Midi masih betah menyebutnya dengan nama "Bakso Kartini" atau "Bakso Kartini Merdeka".
***
Cerita ayahku itu berulang, usai Hasan mengganti nama jalan di depan rumahku, dari jalan merdeka menjadi jalan Arif Susilo delapan tahun lalu. Ada pengantar surat atau paket yang tersesat dan terlambat bersebab alamat baru, toko-toko yang kembali tampil dengan papan merek, cap, nota yang baru.
Pergantian Kartu Nama, Kartu Tanda Penduduk juga pasti terjadi. Dan itu membuat sibuk seluruh RT, pegawai kelurahan serta Dinas Dukcapil. Pasien di rumah sakit juga kesulitan mengurus asuransi kesehatan, karena alamat tempat tinggal yang berbeda.
Begitulah! Pergantian nama jalan, tak sesederhana acara peresmian, kan?
***
Satu hal lagi. Dulu, pernah ada perempatan jalan yang dikenal warga dengan sebutan Simpang Tugu Pahlawan. Karena ada dua patung pejuang yang berdiri kokoh memegang bambu runcing. Di bawahnya, ada tulisan "Tugu Peringatan Agresi Militer II tahun 1949"
Awal periode kedua sebagai bupati, Hasan mengganti patung itu dengan replika besar Piala Adipura. Di sekitarnya dibangun taman kota berbentuk bundar. Ditanami dengan aneka bunga.
"Kau tahu? Tembok Berlin dan Patung Lenin juga tinggal sejarah, kan?"
Aku memilih diam, ketika Hasan dengan berapi-api menjelaskan. Bagi Hasan, walau hanya simbol, generasi muda harus tahu. Jika ingin menjadi negara maju. Jangan sampai mereka hanya mengingat negara ini, berdiri dengan genangan darah, kekerasan atau kekuatan senjata.
Sejak saat itu, Simpang Tugu berganti nama menjadi Simpang Bundaran. Saat malam, akan terlihat lampu warna-warni. Indah memang!