Tak perlu menyalahkan air mata, salahkan ingatanmu yang tak pernah mau melupakan masa lalu.
Air mata bukan wujud kekalahan. Ia diciptakan untuk menerjemahkan rasa yang tak mampu diwakilkan oleh kamus kata-kata. Terkadang, air mata adalah tembok perlindungan paling kokoh dari ledakan kenangan yang tak mampu dijinakkan.
Namun, adakalanya. Air mata menjadi titik jeda peristirahatan rasa. Hingga kau mampu kembali memandu pulang serpihan asa yang terserak, dan menambatkannya di pelabuhan akhir cinta.
Menangislah, bila harus! Akupun akan menjauh darimu.
Nanti, kau akan mengerti. Akulah pelabuhan yang kaucari. Tanpa janji.
Curup, 07.10.2020
[Ditulis untuk Kompasiana dan Kompasianers]