Kau mungkin tak siap mendengar kalimatku. Namun, setidaknya kau tahu. Akupun pernah sepertimu.
Cinta seperti air. Ia dibutuhkan semua orang, tapi banyak juga yang tak menghargainya karena bisa didapat secara cuma-cuma.
Bagiku, cinta bukan hanya penyatuan rasa yang berbingkai asa. Namun adalah jawaban, dari himpunan pertanyaan yang tak mampu diukir dengan kata-kata. Sehingga sulit bagiku berujar cinta, sebab itu tak hanya tentang bulir-bulir rasa. Tapi butiran asa.
Hampa adalah muara dari cinta yang tersia. Apa pun latar kisah yang menjadi penyebabnya. Air mata tak akan mampu menghapus hal itu. Tak perlu memaksa, jika kau tak ingin kecewa dengan ingatanmu.
Kau mengerti?
***
Lupakanlah tentang pengorbanan, jika hanya tangis duka yang kau dapatkan. Berhentilah berpikir berjuang atas nama cinta. Sebab cinta tak pernah nyaman di semua medan pertempuran.
Kau tak tahu? Kematian yang tercipta dalam hikayat dan roman pujangga cinta bukan memperjuangkan cinta. Tapi asa. Jika seluruh energi kau kerahkan untuk meraih asa dengan sepenuh rasa. Saat itu kau akan temukan cinta.
Mungkin saat ini, ada yang sedang berjuang demi bisa bersama kamu. Tapi kamu tetap mempertahankan seseorang yang memberikan luka paling jera hanya karena cinta.
Tak perlu berpikir terlalu jauh jika seseorang itu adalah aku. Kau akan kembali melukai dirimu. Juga aku. Hapus air matamu! Terkadang, pelangi hadir sesudah hujan.
***