Kukira, gelengan kepala adalah jawaban yang diinginkan ibu. Tangan ibu menggenggam tanganku.
"Kau sudah tahu, dari siapa sepatu biru itu?"
"Paklik udah cerita."
"Jadi bukan sogokan Om Tagor atau Mas San!"
Sayup kudengar gemercik air hujan di luar rumah. Namun wajahku terasa panas. Malu.Â
Tanpa suara, Ibu berjalan keluar kamar. Aku pun bergegas ke kamar mandi. Berganti baju dan menggunakan sepatu berwarna biru. Kuraih tangan ibu, yang menyongsongku keluar dari pintu. Sambil menyerahkan mantel hujan. Ada senyuman di wajah ibu.
"Aku pergi, Bu!"
"Jangan lupa bilang terima kasih ke Bang Udin!"
'Iya!"
Sepatu baru berwarna biru itu, bergerak lincah menghindari genangan air hujan, juga lubang-lubang di sepanjang jalan. Mengajakku segera bertemu Bang Udin.
Aku tahu. Selain mengucapkan terima kasih untuk sepatu biru itu. Aku pun ingin menyampaikan berita terbaru. Bang Udin masih berpeluang sebagai pengganti ayahku.