Sekolah-sekolah ditutup, belajar dialihkan menggunakan ponsel. Jamaah masjid jauh berkurang. Ibu-ibu yang minta di antar ke pasar semakin jarang. Pegawai berseragam banyak yang tak terlihat sebagai pelanggan.
***
Marto tak lagi tersenyum. Dengan diam, duduk di hadapku. Aku mengerti, pertanyaan tentang tuyul itu, cara santun Marto menegurku.
"Tadi, Abang lihat aku keluar dari gerbang masjid, kan?"
Kurogoh saku depan jaketku. Meraih selembar sepuluh ribu, ongkos penumpang pertama pagi itu untukku.
"Maafkan aku, ya? Ini..."
"Bukan tentang uang, Bang!"
Nada suara Marto lebih sakit, dari rasa kopiku yang sedikit pahit. Kedai kopi, kembali merenangi sepi.
Curup, 20.09.2020
[ditulis untuk Kompasiana]