"Tenang! Hanya cidera ringan!"
"Tapi..."
"Satu bulan lagi, kau bisa latihan."
Perlahan, tangan Amran mengusap airmata Zaid. Ia mengerti keinginan kuat anak sahabatnya itu. Berlari adalah satu-satunya cara untuk membalas kebaikan Amran dan keluarga. Berkali, uang hadiah yang diraih Zaid, selalu diserahkan kepada istrinya.
Dalam hati, Amran menyesali diri. Menunda menyerahkan guntingan koran yang puluhan tahun ia simpan. Ketika menyaksikan semangat dan keinginan Zaid, Amran memutuskan tak memberikan guntingan koran itu. Mungkin sudah saatnya, Zaid mengenal Shigeki Tanaka.
***
Apa yang bisa diungkapkan oleh lelaki berusia tiga belas tahun? Saat tahu, Hiroshima, kota kebanggaannya luluh lantak. Bom atom bernama Litle Boy yang menjadi sebab kehancuran itu.
Berselang tiga hari setelah Litle Boy, satu bom berjuluk Fat Man pun menghujam Nagasaki. Membuat Kaisar mengajukan bendera putih kepada Amerika. Sekaligus memantik perang dunia kedua mereda.
Bertahun kemudian, Shigeki Tanaka baru mengerti sekaligus membenci peristiwa itu. Tanaka kecil, sudah diajari tentang kehormatan dan harga diri. Maka ia membenci dengan caranya sendiri. Dengan berlari.
Menjadi orang pertama yang menyentuh garis finish pada Boston Marathon. Salah satu Ajang berlari jarak jauh paling prestisius menjadi prasasti benci Tanaka sebagai penyintas. Di halaman depan wajah angkuh Amerika
Hampir duapuluh tahun usianya. Enam tahun, sesudah peristiwa yang menewaskan ratusan ribu anak bangsanya. Tanaka Menjadi spirit negaranya. Jepang takkan mudah menyerah, meskipun dihancurkan dengan cara sekeji apa pun.