Ketiga. Memanfaatkan kemampuan tinggi dalam pekerjaan
Sisi menariknya, bukan pada status pekerjaan atau penghasilan. Hasil penelitian itu menitikberatkan pada memanfaatkan kemampuan. Kukira ini bermakna penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Jika dibalik? Apatah saat ini, anak-anak yang sudah bekerja tidak memanfaatkan kemampuannya? Yang bermakna, tidak bekerja sesuai bidangnya keahliannya? Duh, Indonesia bingits, kan?
Di luar tiga besar itu. Harapan terbesar lainnya adalah, Pertama. Anak memiliki pendirian dan pendapat sendiri. Hal ini, malah menjadi prioritas utama bagi ibu-ibu di Jepang. Tradisi dan disiplin tinggi, kukira menjadi alasan keluarnya jawaban ini, kan?
Kedua. Anak bisa mewarisi keturunan keluarga. Hal ini tentu sudah jamak terjadi pada setiap orangtua. Hematku, bukan saja meneruskan garis keturunan. Namun juga mewarisi tradisi keluarga, kehormatan, harta benda dan sebagainya. Iya, tah?
Ketiga. Bisa mengurus orangtua di masa tua. Mungkin tak sedikit, orangtua juga memiliki harapan seperti demikian. Dan tak salah serta sebuah kewajaran.Walaupun tak terujarkan secara lugas atau khawatir menjadi beban bagi anak.
Keempat. Mengabulkan cita-cita orangtua. Bukan rahasia lagi. Terkadang anak menjadi tempat penitipan yang dianggap layak untuk menghadirkan cita-cita orangtua yang dulu tertunda. Kukira ini bisa dalam hal apa saja dan berlaku bagi siapa saja.
Jadi?
Begitulah. Tanpa sadar, orangtua terkadang menciptakan pohon harapan yang luar biasa rindang dalam wujud seorang anak. Dan lupa mengukur, seberapa besar kemampuan pohon itu bertahan "memanggul" harapan itu sepanjang hidupnya.
Ketika ada yang berkata. "Itu kan harapan? Masa tak boleh?" Aku hanya bisa menjawab, "iya. Boleh. Jika harapan itu sesuai dengan kemampuan." Hiks...