Si Bungsu lebih memilih membuat susu sendiri. Menerima kenyataan, bahwa sejak pagi kau sudah sibuk dengan ponselmu. Namun, acapkali menemuiku ketika air panas di termos kosong.
Dalam dua minggu, sudah tiga kali kudengar bisikan si Bungsu padaku, "Bunda tak lagi sayang adek! Lebih sayang murid-muridnya."
Sebagai seorang ayah, aku mengerti keluhan dan tanggapan dari anak-anak. Tanpa kau sadari, aku berusaha menutupi kekuranganmu itu. Aku berusaha memahami kesulitanmu beradaptasi mengatur waktu. Antara keluarga dan pekerjaan.
Namun sebagai suami? Kukira kau tak akan lupa. Selain sebagai ibu dan guru. Kau juga seorang istri, kan?
Sejak kesepakatan ibadah ponsel. Permintaan dan pernyataan maafmu mengisi ruang dan waktu di rumah. Pada si sulung, untuk si Bungsu juga padaku.
***
"Anak-anak sudah tidur, Mas?"
Tanpa menoleh. Kulihat kau sibuk melakukan ibadah ponsel. Ranjang kembali terbagi dua seperti malam kemarin. Kamar tidur adalah tempat teraman bagimu, dari gangguan anak-anak.
Aku lebih memilih diam. Akhirnya kau menatapku. ponselmu, kau letakkan di atas buku yang tergeletak di kasur. Setelah memperbaiki posisi bantal dan selimut. Kau tarik tanganku duduk di sampingmu.
"Mas kenapa? Capek, ya?"
"Gak!"