Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan Sudah Tahu, Bude!

27 Juli 2020   17:44 Diperbarui: 27 Juli 2020   18:33 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar hati (sumber gambat : pixabay.com)

"Kalau aku berikan karcisku, Abang gak marah,kan?"

"Ya udah! Berikan aja! Agar niat Ajo sampai."

Aih, begitulah Ajo. Dengan alasan, karena istri bekerja di warung nasi, jadi sesekali masih bisa mencicipi rasa daging. Maka, jika tak ada lagi karcis, meminta persetujuanku untuk memberikan karcis itu ke temannya.

Tak ada raut wajah terkejut. Ajo tersenyum sambil mengangguk setuju. Setelah kujelaskan, saat hari H nanti, bakal diantarkan daging tanpa karcis.

Ilustrasi simbol memberi dan menerima(sumber gambat : pixabay.com)
Ilustrasi simbol memberi dan menerima(sumber gambat : pixabay.com)
Kisah Kedua. Tabungan Bude.

Karena membiasakan kepada anak-anak dengan sebutan "Bude Jamu". Maka bertahun, aku pun menyapa "pensiunan" penjual jamu keliling dengan gerobak itu, menggunakan sapaan "Bude".

Tak hanya menjual jamu, Beliau juga menjual rempeyek kacang. Aku dan anak-anak suka cemilan tradisional ini. Dulu, Beliau langgananku, walau tak rutin setiap hari aku minum jamu. Tapi, beliau pasti setiap hari lewati depan rumah.

Nah, Bude biasa menitipkan tabungan qurban. Jika sudah terkumpul selanjutnya, aku serahkan pada pengurus Masjid. Bisa lima ribu, atau sepuluh ribu satu hari. Terkadang, satu minggu setoran Bude duapuluh ribu. Dengan cara begitu, Bude beberapa kali ikut menjadi peserta qurban. 

Ajaibnya, saat waktu setoran qurban ditutup, setoran Bude selalu cukup!

Sejak korona, tanpa pilihan, Bude mengajukan pensiun dini kepada diri sendiri, atas permintaan dan larangan anak-anaknya. Akibatnya? Tabungan qurban Bude tersendat.

Pagi tadi, usai mengantar anakku sekolah, tak sengaja kulewati rumah Bude. Beliau memanggil dan memaksaku untuk singgah. Beberapa saat berbasa-basi karena sudah lama tak jumpa, sambil disuguhi segelas kopi. Topik beralih ke tabungan qurban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun