Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kekuasaan di Ujung Usia, Menjaga atau Dijaga?

24 Juli 2020   21:13 Diperbarui: 24 Juli 2020   22:41 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Peristiwa pembongkaran paksa rumah itu, begitu membekas pada anak bungsu lelaki tua itu, belasan tahun kemudian. Satu-satunya pembelajaran penting dari peristiwa itu, bahwa kekuasaan lebih penting dari kebenaran.

Anak bungsu itu, berusaha melupakan perjuangan kedua orangtuanya. Harus pindah ke rumah kontrakan. Memaksa diri berjuang lebih keras untuk biaya sewa serta kehidupan keluarga. Orangtuanya mati, menyerah pada jemari kekuasaan.

Anak itu menertawakan nasib Socrates juga Galileo. Menjadi martir untuk suatu kebenaran, dan tersungkur di hadapan sebilah pedang kekuasaan.

Ia menatap kasihan kepada penjaja kebenaran yang setiap pagi, siang dan sore serta malam hari melontarkan hal itu, hingga ke pinggir-pinggir jalan. Ia meyakini, apapun kebenaran yang diperjuangkan, tanpa kekuasaan adalah kemustahilan.

Maka, tak perlu berpihak pada kebenaran bila muaranya adalah penderitaan dan kesengsaraan. Sebagaimana yang dialami orangtua dan keluarganya. Berpihak pada kekuasaan, berkuasa dan menjadi penguasa, satu-satunya cara memperjuangkan kebenaran.

Ilustrasi pintu (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi pintu (sumber gambar : pixabay.com)
***

Saat ini, ia berada di pusat kekuasaan. Tak hanya segenggam, namun bisa menentukan hitam dan putih masa depan. Tak cuma satu orang, tapi banyak orang. Namun kini ia telah berusia senja.

Setiap malam, ia mengalami pergulatan batin yang menggerogoti waktu tidur. Berfikir dan terus berfikir. Mencari dan terus mencari. Kepada siapa kekuasaan itu akan diserahkan.

Hadir kekhawatiran, jika kekuasaan itu diserahkan pada orang yang salah. Kisah masa lalu yang dialami orangtua serta keluarganya, akan terulang.

Tercipta kecemasan, menyaksikan kebenaran yang diperjuangkan dengan kekuasaan yang ia miliki, tanpa mampu dicegah, menjadi alat pembenaran bagi orang-orang di sekitarnya. Orang-orang yang berlindung dengan kekuasaan yang ia miliki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun