Benarlah, ucapan orang-orang. Sesungguhnya bukan urusan menang atau kalah. Tapi urusan mental sebagai pemenang atau memiliki mental kalahan. Jika memiliki mental kalah, maka seseorang akan sibuk mencari kesalahan-kesalahan di luar dirinya yang berujung dengan amarah.
Ketika melihat orang lain berhasil, tenggorokan terasa gatal untuk berkomentar, mata berdebu untuk menyigi kecurangan, telinga terlatih mengutip rahasia-rahasia. Waktu dihabiskan untuk menanam kecurigaan dan meneliti kesalahan-kesalahan. Makanya, orang kalah wajahnya terlihat kusut!
Berbeda dengan mental pemenang. Pikirannya penuh terisi dengan rencana-rencana baru, Tak ada waktu untuk mencari tahu, mendengarkan atau memikirkan ucapan dari orang-orang yang kalah.
Sehingga, mereka mampu menghasilkan kemenangan baru dan prestasi yang semakin tinggi. Juga semakin jauh meninggalkan orang yang kalah. Alhasil, Wajahnya akan berseri.
Mau bukti? Jika berusia sebaya, Coba iseng bandingkan raut wajah sendiri dengan wajah Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi! Lebih jauh lagi? Lihat saja aura wajah Ancelotti, Capello, Trappatoni. Cesare Maldini atau Ferguson semasa aktif melatih di usia kategori tua, dengan pelatih klub tanah air. Aih, perbandingan yang jahat, ya?
Aku hanya, ingin mengatakan, tak terhitung kekalahan demi kekalahan serta kegagalan yang mereka alami, tah? Â Namun cara nama-nama besar itu melabuhkan kekalahan. Membuat wajah mereka tetap terlihat muda dan bahagia.
Kukira, tak hanya di dunia sepakbola, urusan menerima menang-kalah, berhasil-gagal, atau tentang kekurangan dan kelebihan. Namun nyaris di semua aspek kehidupan.
Terkadang, aku juga melihat beberapa kelucuan yang terjadi. Ada yang sudah dinyatakan menang, telah diakui sebagai pemenang. Namun raut wajahnya masih juga penuh amarah, dan sibuk mencari orang yang salah dan kalah. Aih, entahlah!
Curup, 17.07.2020