Tak hanya papan 12 lubang sama besar yang terbagi dua lajur yang berisi 7 biji kerang, serta dua lubang besar (lumbung) yang terletak di kiri dan kanan papan congklak.Pun, bukan sekedar permainan biasa. Ternyata permainan congklak juga filosofis. Aku sarikan saja, ya?
Pertama. Langkah dihitung dan Tak Lupa Menabung.
Saat bermain, kita hanya boleh mengambil biji kerang dari satu lubang. Kemudian kita mesti mengisi lubang berikutnya sesuai urutan dan arah jarum jam termasuk lubang lumbung milik kita. Sebelum memutuskan melangkah dan mengambil biji kerang, mesti hiitungkan, biar tak mati, kan?
Ini bisa dimaknai, langkah yang kita lakukan hari ini akan menentukan langkah kita di masa depan. Dan, lubang lumbung, dianggap sebagai cadangan atau simpanan. Akan digunakan, ketika langkah kita dinyatakan berhenti (permainan berahir).
Kedua. Saling Memberi dan Menerima.
Tak hanya mengisi lubang milik kita, namun aturan permainan congklak juga mewajibkan kita mengisi lubang milik lawan (orang lain), kecuali lumbungnya. Lawan pun akan melakukan hal yang sama, tah?
Bayangkan jika hal ini terbiasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari? Akan ada keseimbangan, kan? Toh, rumus take and give ini juga berlaku tak hanya sesama manusia, bisa juga pada hewan, tanaman atau seluruh alam. Jika ada keseimbangan, akan indah, kan?
Ketiga. Jujur, Berusaha dan butuh waktu.
Ketika memberi atau menerima biji kerang, pasti satu-satu, kan? Karena sifatnya tranparan, akhirnya memaksa kita berlaku jujur, kan? Kecurangan akan cepat diketahui. Tak hanya itu, perhitungan resiko langkah dilakukan, sebagai usaha untuk mengumpulkan isi lumbung terbanyak, kan?
Yang paling penting adalah, butuh waktu dan terkadang lama untuk mengumpulkan biji kerang sebanyak-banyaknya, sebagai tanda untuk memenangkan permainan.
Keempat. Berjuang dan Bertahan.