Atasan diam, dikira marah. Takut! Atasan tak tersenyum, dikira marah. Takut! Atasan batuk, dikira marah. Takut! Mungkin saja atasan bersin, dikira marah, terus takut?
Padahal, jejangan atasan marah itu, sesungguhnya menutupi rasa takut?
Terkadang, peristiwa marah itu juga berdampak pada orang-orang terdekat, semisal karib kerabat dari pihak yang terlibat stau malah meluas hingga ke lingkungan sekitar. Mungkin dampak psikologis dalam interaksi sosial.
Seperti kisah sufi. Seseorang, bisa saja mencabut paku dari sebilah papan. Namun tak akan mampu menutupi jejaknya. Jikapun ada usaha lebih untuk menutupi itu, namun tak akan mampu menghapus ingatannya.
Jadi? Sudahkah berhenti marah hari ini?Â
Curup, 01.07.2020
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H