Wujud kesal gadisku adalah, merenggut remot, sambil mencari tayangan yang diinginkan. Dalam teori parenting, ketika anak mengalami kebosanan, adalah waktu yang tepat untuk memberikan stimulus positif. Jadi aku coba terapkan teori itu.
"Waktu kecil dulu. Ayah punya sinetron favorit juga, Ni!"
"Bilang Ayah, dulu gak ada sinetron?"
"Gak tahu namanya. Pokoknya film bersambung. Satu minggu sekali!"
"Oh!"
"Judulnya, Rumah Masa Depan!"
"Ayah ngarang, kan? Pasti film tentang kuburan?"
Singkat cerita. Layaknya pengamat sekaligus manajer pemasaran, aku ceritakan sependekseingatku tentang film Rumah Masa Depan yang tayang di TVRI era 80-an. Film itu, hasil garapan Ali Shahab, yang disebut Pioner Tayangan Stripping di Indonesia.
Sebagai ayah, tentu saja aku mesti melakukan "kecurangan" dengan menampilkan kehebatan dua tokoh anak, dengan segala keterbatasan namun giat belajar. Bernama Bayu dan Gerhana (Nama itu, hasil penelusuranku di google saat menulis artikel ini).
Anak gadisku, akhirnya mematikan televisi, dan memilih mendengar cerita film Rumah Masa Depan. Karena tayangan itu, sekian puluh tahun, tentu saja kisahnya sudah bercampur karangan indah versiku. Di benakku, niatnya hanya ingin memberikan stimulus. Â agar ada pilihan tontonan yang ramah anak dan keluarga.