Pertanyaannya, jika disediakan ruang komunikasi itu, kemudian anak meminta izin untuk mengikuti demo, Bagaimana tanggapan orangtua?
Pada situs Mommies Daily, Fia Indriokusumo menuliskan jawaban 4 orang psikolog berpijak dari pertanyaan di atas. (Sila baca di sini)
Hal menarik dari tanggapan psikolog yang bisa saja menjadi rujukan para orangtua, jika anaknya meminta izin, keempatnya akan mengizinkan anaknya untuk ikut aksi demo. Namun, khas orangtua, izinnya pasti bersyarat!
Syarat itu berupa rentetan pertanyaan dan pesan. Demonya tentang apa? Tujuannya apa? Dengan siapa? Lokasinya di mana? Â Aman tidak? Ditambah pesan, demo mesti santun dan jaga keselamatan diri.
Terus, mampukah anak menjawab deretan pertanyaan di atas untuk mendapatkan izin? Kukira, logika dan psikologi anak, memiliki batasan untuk menjawab beragam pertanyaan itu, tah?
Anggaplah anak diizinkan ikut aksi demo, Orangtua akan tetap merengkuh rasa cemas dan panik. Bagaimana jika ternyata anak terlibat atau terjebak dalam pusaran aksi anarkis atau aksi kriminal? Kemudian ternyata berhadapan dengan hukum?
Jika merujuk pada Undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), di rentang usia telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Terlepas dari alasan agar anak belajar menyampaikan pendapat, belajar menjadi bagian dari komunitas yang besar, menumbuhkan solidaritas dan belajar peduli isu-isu sosial. Maka anak berusia SMP hingga SMA, bisa masuk kategori Anak yang Berhadapan dengan hukum, kan?
Jika alurnya begini, apatah orangtua masih akan mengizinkan anaknya ikut demo dan menerima segala resikonya, atau lebih memilih melarang? Jika menggunakan alur berfikir anak, tak perlu minta izin. Toh, ketika meminta izin, pasti dilarang, tah?
Pernah melihat tindakan refresif dengan aksi razia satpol PP di warung atau rumah makan saat bulan Ramadan? Itu menjadi pilihan, ketimbang tindakan preventif dengan menumbuhkan kesadaran pemilik warung atau yang orang yang berpuasa, tah? Â