Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lagu "Pulanglah Uda" dan Tradisi Merantau yang Alami Pergeseran Makna

19 Juni 2020   14:03 Diperbarui: 19 Juni 2020   14:11 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar : https://www.idntimes.com
sumber gambar : https://www.idntimes.com
Pergeseran Makna Merantau

10 pertanyaan dalam wawancara imajiner di atas, tak lagi menggali ide menulis, sebagaimana teori "What If". Malah mengarah pada menyigi makna dan tujun merantau. Haha...

Salah satu pergeseran makna merantau itu, adalah tekanan ekonomi atas nama cinta. Ketika merantau berpijak pada situasi dan kondisi di tanah rantau lebih baik dan lebih cepat untuk mewujudkan cinta itu, daripada menunggu di kampung sendiri.

W. Arthur Lewis dalam Economic Development With Unlimited Supply of Labour, menyebutkan motivasi merantau tersebut sebagai "Uniquel Development Impact" atau dampak dari ketidakmerataan pembangunan. Semisal ranah pendidikan atau ekonomi.

Berbeda dengan Teori Volutantaristic Action (De Jong and Gadner), bahwa terdapat beragam argumentasi proses pengambilan keputusan dalam merantau (migrasi secara individu). Bisa saja karena dorongan dari paradigma demografi, geografi, ekonomi, atau psikologi sosial.

Kampung yang terlalu padat penduduk, lahan yang gersang dan tandus, peluang kerja yang lebih terbuka di tanah rantau, atau karena alasan jodoh? Mungkin saja menciptakan dialektika baru dari makna merantau, tah?

Suku Minang, Batak, Madura atau Bugis adalah beberapa suku bangsa yang dikenal dengan tradisi merantau. Namun, kukira tak bisa mengklaim sebagai pemilik sejati peradaban merantau. Sosio budaya dan sosio historis, bisa saja menjadi alasan suku bangsa lain untuk merantau.

sumber gambar : https://www.idntimes.com
sumber gambar : https://www.idntimes.com

Akhirnya...

Pada awalnya, merantau adalah mencari "perubahan", kemudian setelah "mengalami perubahan", kembali pulang ke kampung halaman untuk melakukan "perubahan bersama". Namun, saat ini, motivasi itu tak lagi populer.

Kukira, mayoritas yang merantau, dengan berbagai motivasi, lebih memilih tanah rantau sebagai kampung halaman kedua. Pulang dari rantau pun, hanya bermakna "singgah". Terkadang, sumbangsih berupa materi menjadi "pengganti diri". Sebagai penanda, bahwa para perantau masih memiliki kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun