Awalnya, usai magrib aku masih belum mendapatkan ide untuk menulis. Buat menggali ide, Â secara acak, kubuat satu pertanyaan singkat, dan kubagikan pada beberapa grup.
"Adakah pencapaian pribadi yang dirasakan sejak mulai covid-19?"
Ada grup yang menanggapi serius, adem ayem, juga ada yang malah menjawab dengan becanda.
"Banyak waktu berkualitas buat keluarga, Pak!"
"Tubuh semakin berbobot, Bang!"
"Bibit saledri yang kemarin dirampok 2 pot, udah jadi 12 pot!"
"Si Ani (bukan nama sebenarnya) positif hamil, Om! Hihi..."
Aih, begitulah resiko kalau memberikan pertanyaan terbuka tanpa kisi-kisi, ya? Lalu lintas percakapan grup semakin seru, tapi gak "menolong" menggali ide untuk satu tulisan. Hiks....
Akhirnya. Aku terpaksa membuka catatan di ponsel. Biasanya, usai membaca buku atau artikel, jika menemukan hal yang kuanggap "ajaib", akan aku tuliskan kata kuncinya. Kenapa terpaksa? Karena catatan itu menjadi "gudang amunisi", jika aku benar-benar mentok!
Baru saja membuka dan membaca beberapa catatan di ponsel, ada pesan masuk via aplikasi Whatsapp dari seorang teman yang tinggal jauh dari Indonesia, gegara tugas kuliah.
"Maaf lahir batin, Bro!?"