Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menakar Dinamika Whatsapp Grup dan Filosofi "Aja Adigang, Adigung, Adiguna"

3 Juni 2020   20:26 Diperbarui: 5 Juni 2020   12:05 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mangan ora mangan sing penting ngumpul"

Pernah merasakan tergabung dalam sebuah WA grup, nyaris setiap hari menyentuh 500-an chat bahkan lebih? Apa yang dilakukan?

Mengabaikan dan buru-buru membersihkan? Bertahan dalam diam, tapi sabar "memanjat" sambil membaca ratusan chat yang ada? Atau ikutan meramaikan arena?

Nah, aku pribadi memegang teguh filosofi Jawa di atas. Apatah lagi, jika anggotanya orang-orang yang seru tapi tak saru! Maka aku malah jadi super duper aktif! Pokoke numpang ngerusuh. Ahaaay...

Karena fenomena itu, aku mencoba menakar dinamika WA grup berdasarkan kiramologi. Aku tulis aja, ya?

Pertama. WA Grup Alumni.

Pada dasarnya, grup ini dibuat untuk menjalin ulang silaturahmi, serta bertukar kabar dan mengenang kenangan. Mulai dari masa sekolah dasar hingga bangku kuliah. Dan, seperti ajang reuni, grup alumni adalah grup yang paling "rawan"!

Kembali hadirnya julukan ajaib masa sekolah dulu, Terkuak lagi insiden memalukan yang awalnya menjadi rahasia, atau terbongkarnya kegagalan perjuangan mencari perhatian dari seseorang yang ditaksir.

Belum lagi, ada saja anggota yang berusaha unjuk diri, menampilkan eksistensi dan indentitas diri terkini! Sekadar untuk mengabarkan "keberadaan" mereka, yang terkadang menciptakan "jarak" di antara anggota.

Bertambahnya usia dan pengalaman, terkadang tak mampu meredam rasa, apalagi jika rasa itu dulu mengguratkan luka, tah? Maka, lalu lintas keluar-masuk anggota lumayan lancar!

Kedua. WA Grup Rekan Sekerja.

Idealnya, grup ini adalah untuk memudahkan komunikasi, koordinasi dan delegasi dalam hal menyelesaikan beban kerja, kan?

Suasana grup, biasanya sedikit formal, apalagi jika ternyata di dalam grup, salah satu anggota yang terdaftar adalah "The Big Boss".

Akan ada saja "upaya-upaya ajaib" yang ditunjukkan anggota grup. Ada saja anggota yang bersikap selalu siaga 1, yang ngeyelan, atau malah memilih diam sejak awal grup dibentuk. Lebih memilih menjadi penyimak sejati.

Tingkat keaktifan berdasarkan momentum. Bisa saja beberapa lama akan sepi, jika dianggap memang tak ada kepentingan. Yang aktif? Lebih didominasi oleh atasan. Walau merasa diawasi, Namun mobilitas keluar-masuk anggota bisa dikatakan jarang terjadi.

Ketiga. WA Grup Keluarga.

Tujuannya jelas. Merekat erat pertalian keluarga. Walau terkadang, "kehangatan" itu akan dirasakan ketika suasana liburan, atau seperti momen lebaran. Akan mengalir saling komentar, atau berbagi cerita atau foto keluarga.

Keceriaan grup, juga akan tiba-tiba berubah, ketika ada yang berbagi kabar duka. Namun bisa juga menjadi "tegang" saat semua anggota mengetahui, jika ada permasalahan dari salah satu anggota keluarga. Walau tak dibahas secara lugas di grup!

Jika pun ada "perselisihan", biasanya yang tertua atau yang dituakan akan bergerilya menjalin komunikasi sebagai penyambung lidah. Agar keutuhan keluarga apalagi ketika berkomunikasi di grup, tetap terjaga.

Pertalian darah, rasa hormat dan segan atau sungkan, membuat anggota grup jarang ada yang keluar-masuk. Keutuhan bersama menjadi kesepakatan dalam diam.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Keempat. WA Grup Organisasi.

Grup ini, sama seperti grup Rekan sekerja. Memudahkan komunikasi, koordinasi dan delegasi untuk kelancaran kegiatan organisasi. Bisa saja organisasi politik, sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan sebagainya.

Aktivitas grup ini, tergantung seberapa padatnya kegiatan yang dilakukan. Jamaknya, jika tak ada kegiatan, jarang ada komunikasi antar anggota. Jika pun ada, sifatnya lebih ke arah informasi.

Karena bernuansa organisasi, maka dinamiika grup umumnya berdasarkan hirarkis struktur organisasi. Agar tak dianggap "keluar jalur". Unsur senioritas juga berperan penting. Dan, arus keluar-masuk anggota juga berdinamika.

Kelima. WA Grup Berdasarkan Hobi.

Karena berbasis kegemaran dan kesukaan. Maka dinamika grup ini yang "paling lentur".yang suka bertanam sayur mungkin tergabung dalam grup hidroponik atau aquaponik, atau grup pecinta bunga, grup memancing atau grup menulis.

Aku contohkan, WA grup Kompasianer yang aku ikuti. Latar belakang pendidikan, status sosial, strata ekonomi, minat menulis atau urusan perbedaan suku, agama, asal daerah atau jenis kelamin, jarang sekali menjadi masalah. Benang merah yang mengikat anggota adalah hobi yang sama. Menulis.

Pembicaraan di grup, tak melulu tentang menulis. Perbedaan latar belakang anggota, menjadikan dinamika grup berwarna-warni bak pelangi. Terkadang, jika lagi aktif semua, lalu lintas grup tak terkendali. Ragam bahasa dan alur percakapan begitu saja tersaji.

Apalagi, jika ada dua atau tiga orang anggota yang berbakat menjadi "biang rusuh" yang membuat grup jadi heboh. Yang terjadi, pembicaraan grup adalah urusan bercanda dan menjadi resep gratis mengusir jenuh. 

Terkadang, aktivitas grup bisa saja aktif selama 24 jam. Disesuaikan dengan waktu luang dari masing-masing anggota, kan?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Akhirnya...

Kukira, tergabung dalam WA grup, tak hanya semata urusan persamaan kepentingan. Namun juga menjalin kebersamaan. Apatah lagi, jika seandainya grup tersebut bahkan memberikan nilai manfaat bagi anggotanya.

Adakah kemungkinan konflik dan intrik? Aih, kemungkinan itu akan selalu ada, tah? Namun, agar urusan betah dan bertahan dalam suatu WA grup tak lagi menjadi persoalan. Biar perfecto, sebagai syarat merawat interaksi dalam WA Grup. Kupinjam lagi filosofi Jawa.

"Aja Adigang, Adigung, Adiguna!"

Curup, 03.06.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun