Maka, sejak selesai berbuka, lelaki kecilku, bolak-balik ke kamar, menonton televisi, menggambar, meminjam ponsel, kemudian balik lagi ke depan layar televisi.
"Yah, Kakak mau ngapain, ya?"
"Lah? Terserah Kakak!"
"Gara-gara corona. Kita gak ke lapangan, Yah!"
Kegerahan dan kekesalan, tak bisa melakukan kebiasaan yang dianggap menjadi rutinitas itu, kemudian berakhir, saat di televisi swasta, diputar film iTrain to Busan dan dilanjutkan film Pandemic. Kubebaskan lelaki kecilku, hingga tertidur sambal menggenggam remot televisi.
Usai shubuh, Kakak mengambil kesimpulan, mengerikan dan menyedihkan. Dengan perbedaan, film Pandemic lebih mirip virus corona, tapi film Train to Busan walau sama menyebar, tapi tentang vampire! Aku, manut aja, kan?
Sambil menyiapkan sejadah, dan menunggu saudara yang lain bersiap untuk salat. Gadismu mulai curhat. Siswa kelas 6 SD yang tahun ini sudah terdaftar sebagai calon siswa SMP itu, memulai edisi curhat. Aku tulis seingatku aja, ya?
“Tahun 2020 ini memang sedih, Yah! Awal tahun ada banjir. Gegara Corona, tidak jadi Ujian Nasional, tak ada acara perpisahan dengan teman seangkatan, tak ada buka bersama seperti tahun kemarin. Puasa pertama, Uni ingin berbuka dengan dogan, ternyata tak ada yang jual. Pagi ini, kita salat Ied di rumah. Biasanya di lapangan, kan?”
“Terus?”
“Uni kesal. Apalagi bilang Ayah, Uni angkatan corona!”