Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pengalaman Bermaaf-maafan? Berdiri dalam Lautan Manusia di Lapangan Terbuka

22 Mei 2020   22:05 Diperbarui: 22 Mei 2020   22:07 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Saling Bermaafan dalam Lautan Manusia. (sumber gambar : Dokumentasi Pribadi zaldychan/Kompasiana)

Usai keluarnya ayat ini. Abu Bakar memaafkan sahabat tersebut, dan kembali memberikan nafkah (infaq) seperti sebelumnya. Namun apakah abu bakar melupakan? Aku pribadi, belum membaca sejarah yang menegaskan itu.

Hematku, poin kedua dan ketiga, akan sangat sulit dilakukan atau ditemukan. Tindakan yang bisa dilihat, adalah poin pertama. Memaafkan, namun tidak melupakan. Tapi, ini menurutku, ya?

Terus apakan momen serta pengalaman bermaaf-maafan yang berkesan menurutku?

Ilustrasi menyaksikan momen Saling Bermaafan dalam Lautan Manusia. (sumber gambar : Dokumentasi Pribadi zaldychan/Kompasiana)
Ilustrasi menyaksikan momen Saling Bermaafan dalam Lautan Manusia. (sumber gambar : Dokumentasi Pribadi zaldychan/Kompasiana)
Belum Terjadi, tapi Pasti Kurindukan!

Aku tak bisa menjelaskan ritual saling memaafkan di dalam keluarga besarku. Karena, acapkali memaafkan dan dimaafkan, tak pernah terucap secara lugas. Hanya pelukan, rangkulan, usapan serta airmata yang mewakili momentum itu.

Aku lebih memilih saling bermaafan usai shalat ied di lapangan. Yang tahun ini, dipastikan tak akan lagi diselenggarakan. Aku cerita, saja, ya?

Sejak kecil, setiap malam Idul Fitri aku akan hadir di lapangan setianegara Curup. Bersama teman-teman menyiapkan saf dengan memasang tali pembatas, menyusun soundsytem serta mengatur area parkir bagi jamaah sholat Ied. Sila baca Potret shubuh 1 syawal 1440H

Ilustrasi Pemasangan tali pembatas saf di malam takbiran. Tahun ini tak ada. (sumber gambar : Dokumentasi Pribadi zaldychan/Kompasiana)
Ilustrasi Pemasangan tali pembatas saf di malam takbiran. Tahun ini tak ada. (sumber gambar : Dokumentasi Pribadi zaldychan/Kompasiana)
Keseruan malam kegiatan malam takbiran itu, kuteruskan kepada semua anak lelakiku. Mereka pun kuajak terlibat "begadang". Dan pulang menjelang shubuh untuk bersiap kembali ke lapangan melaksanakan sholat Ied.

Usai shalat. Aku, anakku serta teman-teman tak langsung pulang ke rumah. Tapi kembali bekerja membereskan semua peralatan dan membersihkan lapangan seperti semula. Bersih dan rapi. Bisa baca Shalat Ied, Sampah dan Bahagia yang Sederhana

Saat seperti itulah, akan terlihat anak kecil hingga orangtua, rakyat kecil atau pejabat, tumpah ruah, saling menebar senyum, berpelukan dan bertukar salam. Tak ada yang lebih rendah, tak ada yang lebih tinggi. Semua bersama merayakan hari kemenangan.

Bahkan, bisa saja, saat di lapangan itu, suasana membuat hanyut perasaan. Kita mungkin bertemu sahabat lama yang puluhan tahun tak berjumpa, atau malah busuh bebuyutan yang membuat kita saling mengulurkan tangan untuk berucap maaf. pernah aku tulis, Idul Fitri, Kembali Merasakan Kesucian Jiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun