Karena keputusan "iya atau tidak" juga "ikut atau tidak" adalah pilihan. Setiap orang berhak dan berkuasa penuh untuk menentukan pilihan. Karena dasar melakukan atau tidak melakukan itu memiliki beragam alasan, dan pastinya setiap orang juga berbeda argumentasinya.
Hanya saja, persoalan mudik, apatah lagi menjelang lebaran, bagi sebagian orang dianggap sebagai perjalanan ritual. Bukan sekedar pelepas rindu, bertemu sanak keluarga dan kerabat terdekat di kampung. Namun lebih kepada kepuasan psikologis.
Jika menyigi domain psikologis, alasan serta argumentasi logis apapun yang diujarkan, hanya menjadi semacam "penguat". Keputusan tetap pada individu.
Sila lihat foto-foto yang viral di media massa dan media sosial. Ketika himbauan menjaga jarak aman secara fisik, malah berdesakan antrian membeli tiket, walau masih mengenakan masker. Â
Atau upaya pemudik yang luarbiasa mengakali petugas di setiap perbatasan daerah yang terkadang aneh dan nyeleneh.
Bagi sebagian orang, angka-angka tersebut adalah tragedi kemanusiaan. Hingga marak kalimat dengan hastag #IndonesiaTerserah atau  kalimat yang menyindir, "sekarang gantian. kami dirumah, anda bekerja". Sebagai pembelaan untuk paramedis serta semua orang yang berada di garda terdepan, saat korban terus berjatuhan.
Namun, bagi sebagian orang. Hanya berupa angka-angka statistik. Menjadi "angka pembanding", dengan Negara lain, atau dengan propinsi dan kabupaten lain. Sepanjang dirinya tak termasuk dalam angka statistik itu. Hiks...
Ancaman apalagi yang kurang? Pengumuman dari tim gugus tugas covid-19 Â dengan 3 varian angka statistik (Angka terpapar Covid-19, Angka yang sembuh, serta angka yang meninggal), setiap hari bahkan terus dilakukan pemutakhiran data, dengan peningkatan yang tajam.
Tak mudah mengubah kebiasaan. Dan ritual mudik adalah kebiasaan itu. Namun, tak sepenuhnya, kesalahan ditimpakan pada pemudik, tah?
Ketika kebijakan yang diambil stakeholder terus mengalami revisi bahkan dalam jarak yang berdekatan, begitu juga keraguan demi keraguan yang ditunjukkkan hingga ke lapisan bawah, menjadi persoalan juga.