Butet jadi mengerti, Orang rimba "dicurangi" dengan surat perjanjian tersebut. Mereka menyetujui dengan bukti cap jempol, tentang hal yang tak mereka pahami, karena tak bisa membaca.
Pada titik ini, benang merah dari film sokola rimba. Konflik di film ini, juga melebar pada bagaimana beberapa murid Butet, yang terkukung dengan aturan adat jika sekolah itu adalah pantangan bahkan bisa membawa malapetaka.
Hingga mereka musti berjuang untuk belajar dengan bu guru Butet. Bungo dan beberapa orang temannya, akhirnya bisa membaca dengan lancar, dan memahami pasal-pasal yang tertera dalam surat perjanjian.
Pada kisah nyatanya, seperti dipaparkan Saur Marlina "Butet" Manurung, Tak mudah meraih "kepercayaan" dari orang rimba. Butuh perjuangan untuk diterima dan berkali merasakan penolakan dari suku dalam yang tak terpapar dunia luar.
Hingga perlahan, sekolah rimba ala Butet diterima di kalangan anak muda rimba. Tentu saja, tak seperti pembelajaran di sekoah pada umumnya. Butet memadukan bermain dan belajar, sehingga anak-anak rimba tak merasakan sedang bersekolah.
"Sekolahnya tidak beratap, jadi kita di hutan gitu. Saya bawa buku, papan, lalu ya mengenalkan mereka abjad, angka dan mengajarkan mereka cara berkomunikasi dengan orang asing." Saur Marlina "Butet" Manurung (sumber: suara.com).
Apa yang bisa direfleksikan dari kisah ini? Kegigihan dan perjuangan seorang Saur Marlina "Butet" Manurung agar bisa mengajar anak-anak rimba. Sehingga tak lagi mudah diperdaya orang asing.
Atau paparan integritas menentang ketidakjujuran dan keadilan. Ketika orang-orang termasuik rekan kerja Saur Marlina "Butet" Manurung membiarkan eksploitasi. Tak hanya rimbanya, namun juga orang-orang rimba.
Semangat mendidik anak rimba agar bisa membaca dan menulis, hingga nanti tak dibodohi "orang terang" mencuri kayu mereka berbingkai surat perjanjian yang merugikan orang rimba. Hingga bisa menolak pasal-pasal yang merugikan Kelompok atau hutan milik mereka. Seperti yang dilakukan Bungo di akhir film.
"Bungo mengingatkanku pada sikap yang tepat menghadapi perubahan. Menjadikan pengetahuan sebagai senjata beradaptasi." - Saur Marlina "Butet" Manurung.