"Namaku Walesa, biasa dipanggil Ales!"
Ales berdiri tenang di depan kelas. Sorot matanya tajam menatap seisi ruangan. Tak ada rasa takut di hari pertama pindah sekolah. Sekilas, Ales melihat dahi guru yang berkerut, kemudian wajah itu tersenyum. Tapi, Ales belum mengenal namanya.
"Nama yang unik! Apa cita-citamu?"
"Buruh, Bu!"
Nyaris semua siswa kelas 8 SMP itu tertawa. Sejak sekolah dasar, Ales akan memberikan jawaban yang sama. Juga sudah bersiap, menghadapi nada tawa yang sama.
"Sebentar! Buruh atau guru?"
"Guru juga buruh, Bu. Ayahku yang bilang!"
***
"Tanyakan pada Ayahmu!"
Itu jawaban ibu, saat ales menanyakan kenapa namanya dianggap aneh. Walesa. Hanya satu kata itu. Bukan Bambang Priambodo atau Anton Saputra, seperti nama dua temannya satu kelas. Setidaknya, jika satu kata seperti nama anak tetangga. Sulaiman.
Ales hanya ingat cerita ibunya. Jika pada waktu lahir, Â Ales diberi nama Meira, karena lahir di bulan Mei. Tak ada tambahan kata lain, dengan alasan biar mudah diingat.