Mereka akan dinilai cara ibadahnya, juga diajak menabung setiap hari, dicatat dengan buku tabungan yang mereka bawa pulang. Tabungan tersebut, dua hari sebelum lebaran baru boleh diambil.
Tak hanya itu, seminggu sekali, akan ada keliling masjid atau musholla terdekat, shilaturahmi, bermain dan berbuka bersama. Setiap minggu pagi, diisi dengan senam pagi bersama di halaman masjid.
Satu minggu sebelum lebaran, akan diadakan berbagai tangkai lomba. Semisal lomba adzan, doa sehari-hari, hapalan surat pendek, lomva cerdas cermat hingga mewarnai berdasarkan perwakilan kelompok.
Hadiahnya, bisa berupa kain sarung, mukenah, jilbab, kopiah atau alat tulis. Semua hadiah itu, berasal dari sumbangan jamaah. Sehari sebelum malam takbiran, akan diadakan pembagian hadiah dan pengembalian buku tabungan.
Apa yang didapatkan anak masjid? Aih, masa itu. Anak masjid adalah "idola" teman-teman sebaya. Biasanya, sesudah lebaran, akan ada tambahan anak masjid. Berharap tahun berikutnya menjadi panitia, dan menjadi idola. Seru, kan?
Menjadi anak masjid, tak hanya terlibat dalam semua kegiatan di masjid. Namun juga belajar berhadapan dengan orang banyak, berorganisasi, berlatih tanggungjawab bersama, serta memantik kepercayaan diri sejak dini.
Orangtua, akan senang jika anaknya adalah anak masjid. Karena masyarakat sekitar menganggap anak masjid adalah anak yang baik. Tak jarang, anak masjid akan memdapatkan hadiah tak terduga dari jamaah. Mungkin uang atau barang. Apatah lagi menjelang lebaran.
Karena aku merasakan pengalaman itu sejak kecil. Akupun ingin anakku merasakan hal itu, walau tak persis sama.
Tapi, lagi dan lagi. Tahun ini, hal itu tak lagi dilakukan. Tak lagi ada wajah ceria anak-anakku, setelah berbuka diajak ke masjid untuk tarawih. Tak lagi ada kebahagiaan bermain dan berlarian di halaman masjid serta meminta uang jajan sesaat setelah tarawih.