Masjid Al Jihad adalah salah satu masjid terbesar di kota Curup. Karena lokasi yng strategis di tengah, maka ratusan orang akan hadir pada sholat 5 waktu untuk sholat berjamaah.
Bahkan bisa mencapai ribuan orang, jika sholat jum'at apalagi sholat tarawih yang yang menjadi momen istimewa di bulan ramadan. Tapi kali ini masjid Al Jihad sepi.
Situasi saat ini, memaksaku menjemput ingatan semasa kecil dulu. Karena aku pribadi, memiliki ikatan tersendiri dengan masjid yang berjarak 200 meter dari rumahku.
Sejak kelas tiga SD, sebagaimana layaknya tradisi lelaki Minang, aku sudah tidur di masjid. Bersama beberapa teman sebaya, membawa serta buku dan pakaian sekolah. Pulang ke rumah hanya untuk makan dan berganti pakaian.
Tak hanya tidur. Jauh sebelum waktu shubuh, anak masjid (sebutan orang di kampungku buat anak-anak yang tidur di masjid) akan menjerang air. Yang akan dihidangkan berupa kopi atau teh kepada jamaah, saat mendengarkan wirid shubuh.
Sebelum pukul enam, saat wirid usai dan jamaah pulang. Aku dan teman-teman akan berbagi tugas. Ada yang mencuci gelas, menyapu di dalam dan di halaman masjid, juga membersihkan tempat wudhu dan WC.
Pada hari jum'at, kesibukan akan bertambah. Karena disain ruangan dalam masjid harus "diubah" buat sholat jum'at. Begitu juga lantai 2, semua meja dan kursi yang biasa digunakan buat TPA, disusun ke pinggir dinding, sebagai ruang tambahan buat jamaah jum'at.
Gerakan Ramadan anak-anak di masjid Al jihad, adalah "mengasuh" anak-anak usia TK dan SD untuk melaksanakan sholat tarawih di lantai 2. Salah satu tujuannya, agar anak-anak tak "mengganggu" ibadah orang dewasa di lantai 1.
Anak-anak akan dibagi ked lam berbagai kelompok (sesuai saf-nya di awal tarawih). Akan ada ketua kelompok dan koordinator saf dari panitia.
Mereka akan dinilai cara ibadahnya, juga diajak menabung setiap hari, dicatat dengan buku tabungan yang mereka bawa pulang. Tabungan tersebut, dua hari sebelum lebaran baru boleh diambil.
Tak hanya itu, seminggu sekali, akan ada keliling masjid atau musholla terdekat, shilaturahmi, bermain dan berbuka bersama. Setiap minggu pagi, diisi dengan senam pagi bersama di halaman masjid.
Satu minggu sebelum lebaran, akan diadakan berbagai tangkai lomba. Semisal lomba adzan, doa sehari-hari, hapalan surat pendek, lomva cerdas cermat hingga mewarnai berdasarkan perwakilan kelompok.
Hadiahnya, bisa berupa kain sarung, mukenah, jilbab, kopiah atau alat tulis. Semua hadiah itu, berasal dari sumbangan jamaah. Sehari sebelum malam takbiran, akan diadakan pembagian hadiah dan pengembalian buku tabungan.
Apa yang didapatkan anak masjid? Aih, masa itu. Anak masjid adalah "idola" teman-teman sebaya. Biasanya, sesudah lebaran, akan ada tambahan anak masjid. Berharap tahun berikutnya menjadi panitia, dan menjadi idola. Seru, kan?
Menjadi anak masjid, tak hanya terlibat dalam semua kegiatan di masjid. Namun juga belajar berhadapan dengan orang banyak, berorganisasi, berlatih tanggungjawab bersama, serta memantik kepercayaan diri sejak dini.
Orangtua, akan senang jika anaknya adalah anak masjid. Karena masyarakat sekitar menganggap anak masjid adalah anak yang baik. Tak jarang, anak masjid akan memdapatkan hadiah tak terduga dari jamaah. Mungkin uang atau barang. Apatah lagi menjelang lebaran.
Karena aku merasakan pengalaman itu sejak kecil. Akupun ingin anakku merasakan hal itu, walau tak persis sama.
Tapi, lagi dan lagi. Tahun ini, hal itu tak lagi dilakukan. Tak lagi ada wajah ceria anak-anakku, setelah berbuka diajak ke masjid untuk tarawih. Tak lagi ada kebahagiaan bermain dan berlarian di halaman masjid serta meminta uang jajan sesaat setelah tarawih.
Sejak pandemic corona, Masjid Al jihad tak lagi menjadi "pusat kegiatan dan pusat keceriaan" bagiku, anak-anak juga ratusan bahkan ribuan jamaah.
"Kakak rindu berbuka di masjid, Yah!"
"Uni gak bisa janjian bertemu dengan teman sekolah!"
"Abang juga belum pernah azan di Al jihad, selama Ramadan, Yah!"
Kalimat-kalimat ini, acapkali kudengar dari anak-anakku. Karena, nyaris setiap hari mereka kuajak 'berhubungan" dengan masjid. Tak hanya di saat Ramadan.
Masjid Al Jihad akan terus berdiri. Dan akan kembali menjadi pusat interaksi. Saat ini, tak ada yang bisa dilakukan. Selain menahan diri. Berharap dan berdoa, situasi dan kondisi ini segera berakhir.
Selalu sehat dan berbahagia!
Namaste!
Curup, 30.04.2020
[Ditulis untuk Kompasiana]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI