Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sudahkah Memeluk Anak Anda Hari Ini?

28 April 2020   00:09 Diperbarui: 28 April 2020   03:42 2048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Ayah dan Anak perempuan. semakin besar anak, semakin jauh kedekatan orangtua dan anak | Sumber gambar: Pixabay.com/platinumportfolio

Kedua. Orangtua mungkin malu dan takut memeluk.

Ini mungkin rada aneh. Tapi tanpa disadari banyak berlaku. Khususnya bagi para ayah. Ada rasa "malu dan sungkan" menunjukkan perasaan serta penilaian yang sesungguhnya terhadap anak. Apalagi, jika anaknya sudah beranjak besar dan dewasa.

Namun ada juga ketakutan orangtua mengungkapkan pujian, disebabkan takut "merusak" anak. Orangtua khawatir, jika anak dibesarkan dengan pujian, bakal membuat mereka "besar kepala". Dan tak baik bagi kepribadiannya di masa depan.

Kukira, kekhawatiran ini beralasan, jika pujian itu dilakukan tidak proporsional, kan? Anak lakukan kesalahan dibiarkan atau malah dibela! Atau jejangan malah dipukul! Akibatnya, anak akan terluka lahir dan batin. Hiks...

Ketiga. Orangtua tak mampu melihat kesempatan untuk memeluk.

Adakalanya, orangtua acapkali melakukan "kecurangan" tanpa sadar. Saat anak masih bayi, orangtua akan begitu tolerir jika anaknya pipis di celana ata malah buang air besar. Terkadang malah tertawa, melihat kepanikan sang anak!

Begitu juga saat "menerima dengan rela" pakaian anak kotor, saat terpeleset di jalan yang licin sesudah hujan, padahal pakaian baru diganti. Saat bayi, anak tak pernah mempermalukan orangtuanya atau menuntut membereskan tempat tidurnya di pagi hari.

Namun, semua itu berubah saat anak beranjak besar. Tak lagi ada toleransi terhadap kesalahan dan kekurangan sang anak. Berganti dengan sang anak harus begini dan begitu. "Kesibukan" itu akhirnya membuat orangtua tak melihat sisi baik dari anak di antara "keburukan" yang mereka lakukan.

Ilustrasi Ibu dan Anak. Sosok ibu lebih mudah mengungkapkan perasaan dibandingkan ayah (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi Ibu dan Anak. Sosok ibu lebih mudah mengungkapkan perasaan dibandingkan ayah (sumber gambar : pixabay.com)
Jadi?

Cobalah bertanya pada orangtua yang sudah beranjak sepuh. Akan hadir kerinduan mereka, dikelilingi oleh anak, menantu atau para cucu. Apalagi, jika saat dewasa dan berumah tangga mereka musti tinggal terpisah dan berjauhan.

Gawatnya lagi, jika ternyata sang anak "menyimpan" kenangan, bahwa orangtuanya berlaku kasar, dingin bahkan merasa aman dan nyaman jika berjauhan dari orangtua! Perih, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun