"Bilang Bunda, Ayah harus rajin minum obat. Biar gak seperti kakek!"
Azzam kembali berlari keluar kamar. Wajahku menatap Lastri, yang memalingkan wajahnya ke arah jendela kamar. Perlahan, wajah itu tertunduk. Kusaksikan getaran kecil di bahunya. Aku bangkit dari tidurku. Kuusap pelan rambut legam Lastri.
"Maafkan Mas, ya?"
***
Lelaki jangkung itu kembali muncul di depan pintu. garis wajahnya tak berubah. Masih keras. Namun kali ini ada senyuman di bibirnya. Tangan kanannya memeluk bahu seorang lelaki. Aku sangat mengenal wajah lelaki.
"Ayah! Bangun!"
"Mas..."
Aku mendengar teriakan Azam. Juga tangisan Lastri. Kamar tidur itu sudah dipenuhi orang-orang yang sejak tadi tak henti, silih berganti berdatangan. Mengelilingi tempat tidur. Menatap hampa tubuh yang terbujur kaku. Tubuhku.
Curup, 26.04.2020