Ia tiba-tiba muncul di depan pintu. Tubuh jangkung, dengan garis wajah yang keras. Matanya menatapku tak berkedip, tak ada senyuman di bibirnya. Tangan kanannya menggenggam erat pergelangan tangan seorang anak kecil, yang berdiri kaku menekuri lantai. Aku sangat mengenal wajah anak kecil itu.
"Mas, bangun!"
Sayup, suara Lastri terdengar. Aku tersentak, perlahan mencoba bangkit dari tempat tidur. Lastri menatapku.
"Mimpi lagi?"
***
"Bisa bantu buat layangan, Yah?"
Wajah Azzam menyapaku di pintu kamar. Tangannya memegang sebilah bambu. Langkah ragu bocah kelas tiga SD itu perlahan menghampiriku.
"Bilang Bunda, Ayah..."
"Udah sore. Juga gerimis, Nak! Kalau mau main layangan..."
"Tugas sekolah, Yah! Difoto, terus divideokan!"