Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Petuah Sebelum Menjadi Ayah, Menyigi 3 Ajaran Pokok Lelaki Minang

16 April 2020   22:37 Diperbarui: 18 April 2020   05:21 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang jo bini batinggakan.

Pertama. Sayang ka anak dilacuik'i. Jika dimaknai secara harfiah, sekilas tampak kontradiktif. Jika sayang dengan anak dilacuik'i (dicambuk/dipukul), padahal ajaran awalnya dipangku, tah?

Ini uniknya sastra lisan Minang. Anak dipangku tak harus dekat. Mendidik apatah lagi dengan kasih sayang, adalah kewajiban. Namun akan selalu ada ruang untuk pembangkangan, kan? Maka sikap "tegas" adalah makna dari kata dilacuik'i.

Kedua. Sayang ka kampuang dijauhi. Ini tak hanya bermakna musti merantau keluar dari kampung. Tapi jika keadaan "memaksa" harus jauh di rantau, maka kampung tak boleh dilupakan.

Ide pemikirannya, persis sama dengan idiom yang pernah diungkapkan Raja Inal Siregar, Mantan Gubernur Sumatera Utara pada tahun 90-an. "Marsipature Hutanabe". Kembali membangun kampung. Kemudian disiasati orang Minang dengan istilah "Pulang Basamo" saat lebaran.

Ketiga. Sayang jo bini batinggakan. Frase ini capkali menjadi guyonan dan terdengar di kalangan anak muda Minang. Lah, kalau sayang harus ditinggalkan, untuk apa menikah dan beristri?

Pesan tersiratnya adalah. Kalau sayang dengan istri, biarkan ia menjadi 'ratu" di rumah. Maka suami giat berusaha dan bekerja di luar rumah, saat pulang ia akan menjadi raja. Coba kalau di rumah terus? Mau makan apa, coba? Ini tamsilan, ya?  

Terus?

Belum lagi tuntutan sebagai lelaki, harus memiliki label tak boleh cengeng dan menangis, lelaki musti mandiri juga tak boleh mengeluh. Sehingga tak banyak ruang bagi lelaki mengekspresikan perasaannya.

2 petuah Minang di atas. Secara tak langsung membentuk lelaki Minang sebagai ayah yang tampaknya 'jauh" dari keluarga, khususnya anak-anak. Karena minimnya interaksi sehari-hari. Namun, sila simak lagu ini, ungkapan rasa anak terhadap ayahnya. aku bagi link-nya, ya?


Balik lagi pada pertanyaan di awal tulisan tadi. Apa kiatku sebagai ayah terhadap anak-anak? Aih, udah aku tuliskan itu! Hihi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun