Pihak media juga akan disorot. Kenapa menyajikan tayangan-tayangan "tak berbobot" yang "lupa" menyisipkan pesan-pesan moral. Jika itu bukan lembaga resmi, maka stakeholder dalam hal ini pemerintah pun akan terkena imbas. Kenapa membiarkan tayangan tersebut bebas berseliweran?
Pendekatan ini akan ampuh sebagai sebagai tindakan refresif. Mengungkapkan, membuktikan dan menyelesaikan. Bagaimana jika dimkanai sebagai tindakan preventif untuk mencegah atau meminimalisir agar tak terulang lagi?
Aku lebih tertarik dengan beberapa gambar yang kemungkinan bakal dijadikan alat bukti oleh pihak berwajib. Semisal hasil sketsa lukisan yang dibuat oleh NF atau tulisan-tulisan yang tertera dalam buku diari.
Melukis dan menulis, adalah kemampuan yang tak dimiliki semua orang. Jika menggunakan kacamata awamku, hasil sketsa lukisan itu mewakili penilaianku bahwa NF adalah sosok kreatif. Jika kata "berbakat" keliru disematkan padanya.
Pertanyaannya, kenapa orang yang memiliki kreatifitas itu atau katakanlah berbakat, "mampu" berfikir dan melakukan peristiwa tragis itu?
Beberapa penelitian, menyatakan orang yang berbakat mempunyai kebutuhan dan masalah khusus. Terkadang dianggap unik, aneh atau ganjil dalam interaksi sosial di lingkungannya.
Jika ditangani dengan tepat, memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan dan potensi secara maksimal. serta mampu memberikan sumbangan pemikiran dan kemajuan bagi masyarakat.
Sebaliknya, jika terabaikan, mereka akan menjadi underachiever. Berperan di luar kemampuan. Tak hanya merugikan perkembangan diri yang bersangkutan, namun masyarakat akan kehilangan bibit unggul!
Jika menggunakan rute pendekatan ini. Pada kasus NF, bisa disigi melalui Strategi 4 P Â kreatifitas yang biasa dikenal dalam parenting.
Pertama. Pribadi. Kreatifitas adalah ekspresi dari keunikan setiap individu. Yang menggambarkan keasliannya (orisinalitas), dan berbeda dengan orang lain. Pertanyaannya, sejauh mana orang tersebut atau orang lain menghargai sebagai keunikan bukan perbedaan?