Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mudahnya Mencari Alasan dan Dahsyatnya Wejangan "Jangan Cari Masalah"!

11 Maret 2020   17:25 Diperbarui: 12 Maret 2020   02:07 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by pixabay.com

Tak berhenti di ujaran. Dalam soal-soal latihan atau ujian di sekolah. Acapkali kita menemukan pertanyaan, "Berikan alasanmu, kenapa VOC runtuh?" atau "Kenapa Minyak bumi disebut sumberdaya alam yang tidak bisa diperbagarui? Jelaskan beserta alasannya!"

Semasa kuliah, setiap orang akan semakin terlatih mencari alasan. Satu pertanyaan, kenapa belum selesai? Akan berbeda jawaban sebagai alasan yang ditujukan buat orangtua, teman, pacar, calon mertua, teman orangtua dan barisannya akan semakin panjang, tah?

Jika alasan itu digunakan dalam disain perencanaan sebuah kegiatan, pasti keren. Biasanya akan masuk pada area "asumsi". Untuk mengetahui hal yang bakal menghambat atau menggagalkan pelaksanaan kegiatan. Jika analisis SWOT terlalu panjang rutenya, kan?

Namun, kata alasan banyak digunakan pada hal yang kontraproduktif untuk "menutupi" kelemahan atau kegalalan. Akhirnya, konsep pemikiran kita akan seperti pepatah, "sediakan payung sebelum hujan". Kekadang, pakai rumus "sebelum kerja siapkan dulu alasan kalau gagal". Tuh, kan?

Gawatnya, walau setiap orang sering menggunakan alasan. Namun bakalan jengkel juga dengan seseorang yang memiliki banyak alasan. "Sudah, diam! Terlalu banyak alasan!"

Ilustrated by pixabay.com
Ilustrated by pixabay.com
Dahsyatnya Wejangan "Jangan Cari Masalah!"

Berbanding terbalik dengan mencari masalah. Sejak kecil, kita malah sudah diwanta-wanti sama orangtua, guru, teman atau siapapun. Dengan wejangan dan petuah maha dahsyat, "Jangan cari masalah!"

Orangtua akan jengkel atau terpicu amarahnya. Ketika mengetahui, anaknya acapkali bermasalah. Entah di lingkungan sekitar rumah, di sekolah, saat merantau untuk kuliah, atau atau pun di tempat kerja.

Walaupun ada yang dicap sebagai "biang masalah". Sesungguhnya yang bersangkutan pun tak tahu cara mencari masalah. Yang disadari adalah, kelakuannya berbeda dengan tata nilai yang berlaku, maka dianggap bermasalah. Hanya itu.

Akhirnya, sejak kecil hingga dewasa, kita tak terlatih mencari masalah. Dampaknya? Paling gampang lihat saja rute kegelapan yang dialami mahasiswa level tugas akhir atau skripsi. Dibawah ini, dialog yang beberapa kali kualami.

"Bang, bisa bantu carikan judul skripsi!"
"Masalahnya apa?"
"Nah, itu! Belum tahu!"
"Lah? Rumuskan dulu masalahnya! Akan ketemu judul!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun