"Kenapa telat? Bangunnya kesiangan lagi?"
"Bukan kesiangan. Tapi, matahari terlalu cepat terbit!"
"Alasan!"
"Terus, masalahnya apa?"
"Gak ada!"
Begitulah! Terkadang mulut kita jadi mirip senjata pelontar otomatis, dengan pikiran yang dipicu oleh lesatan dengan kecepatan cahaya. Untuk menemukan satu, dua hingga sekian puluh ide untuk sebuah alasan.
Secara acak, aku cari di google, termasuk Kompasiana, juga situs berita online lain. Selain kata "Hal" dan "Sebab", Ternyata penggunaan kata "Alasan dan "Masalah" banyak dipilih sebagai bagian dari judul tulisan.
Misal: 6 Alasan Mengapa Jualan Anda Tidak Ada yang Beli?, 4 Alasan Mengapa Semua Orang Membutuhkan Penghasilan Sampingan, 5 Alasan Kenapa si A Melakukan ini, atau 3 Alasan Orangtua Perlu Belajar Tiktok. Aih, masih banyak, kan?
Secara kiramologiku, pilihan kata "Alasan" itu mungkin saja untuk menarik pembaca atau memudahkan pemetaan isi tulisan agar semakin terarah. Namun, diam-diam aku jadi curiga juga. Jejangan memang kita terlatih membuat alasan. Â
Kondisi sebaliknya terjadi pada kata masalah. Saat diajak untuk mencari dan merumuskan masalah. Terkadang, secara tiba-tiba, isi kepala jadi mampet. Ide-ide tersendat seperti kredit macet. Berujung sunyi senyap. Kenapa begitu?
Dalam KBBI online. Kata alasan memiliki empat makna dan fungsi. Pertama, bermakna dasar,asas;hakikat. Kedua. Sebagai bukti keterangan yang digunakan untuk menguatkan pendapat. Ketiga. Sebagai pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Keempat. Sebagai pembenaran untuk suatu peristiwa atau kejadian.
Diperkuat lagi, keempat makna dan fungsi kata alasan itupun, tumbuh subur dan sedemikian eksis dalam kehidupan sehari-hari. Sejak kecil hingga dewasa, saat di rumah, di sekolah, saat kuliah atau di tempat kerja.
Jika ada dua orang anak yang bertengkar, anggaplah seorang kakak yang yang memukuli adiknya hingga menangis. Selain memarahi sang kakak, orangtua biasanya akan bertanya, "apa alasanmu, memukul adikmu?"
Saat di sekolah dan lupa mengerjakan PR atau tidak masuk sekolah. maka wali kelas atau guru akan bertanya, "Kenapa tidak mengerjakan PR? Apa alasanmu?"