Jadi?
Seperti kisah rekayasa "peristiwa kelereng," yang menggunakan konsep berfikir sebab-akibat (causalitas) dengan argumentasi "suka-suka", jika diujarkan tokoh dan berlaku masiv, akhirnya menjadi "keputusan atau kebenaran" di tengah masyarakat.
Kukira, fenomena argumentasi seperti yang digunakan Cak Lontong pada acara hiburan Indonesia Lawak Klub, ternyata bisa memancing aksi dan reaksi yang tak menghibur sama sekali, dan sering ditemukan di dunia nyata.
Mungkinkah, kita semakin nyaman dengan kondisi seperti ini?
Seperti puluhan anak kecil yang yang bermain sepak bola tanpa wasit. Hukum dan peraturan yang berlaku adalah "keputusan" dari anak yang memiliki badan besar, suara terkeras atau ego paling kuat! Begitukah?
Entahlah!
Curup, 23. 02. 2020
[ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H