"Sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan, jangan rindu."
"Kenapa?"
"Berat! Kau gak akan kuat. Biar aku saja."
Itu cuplikan percakapan via telepon antara Dilan dan Milea. Dari novel Dilan karya Pidi Baiq. Momen itu menjadi salah satu yang paling diingat dan ditunggu anak muda. Kenapa? Jawabnya, bikin baper!
Bagi penikmat karya Nicholas Sparks. Novel best seller "A Walk to Remember" adalah salah satu kisah yang "menyentuh" dan bikin baper. Tentang cinta London Carter dan Jammie Sullivan, putri seorang pendeta. Setelah berjuang menghadapi aral rintang, tapi tak berakhir happy ending.
Barisan baper garis keras, tak akan melupakan film Kuch Kuch Hota Hai. Film drama romantis yang dibintangi Shah Rukh Khan, Kajol, Rane Mukherjee dan Salman Khan. Bagi yang pernah nonton, bakal susah memilih momen mana, yang bikin baper, kan?
Akupun pernah melihat Ibuku, adik-adikku, serta anakku. Sibuk berkomentar sambil mengomel, marah atau malah ikutan nangis ketika menonton sinetron. Semisal sinetron Cinta yang Hilang. Aku ingat, karena suka soundtracknya dari lagu Judika berjudul  Jadi Aku Sebentar Saja. Ahaaay...
Hal di atas bisa jadi karena momentum, ya? Namun, ada juga orang yang dengan mudah mengekspresikan perasaannya di depan publik.
Sensi! Lebay! Baper! Kenapa Bisa Begitu?Â
Tiga kata ini acapkali ditahbiskan, jika punya teman seperti di atas. Atau yang baru digoda sedikit, wajahnya langsung memerah dan malu. Dikritik atau dinilai salah merasa terganggu atau jadi tersinggung. Bahkan gampang menghindar, menangis, atau tetiba berubah jadi bengis! Â
Ada kemungkinan, teman itu adalah orang yang memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi atau Higly Sensitive Person (HSP). Yaitu orang mudah bereaksi karena terpancing secara emosional.
Dalam situs id.wikihow.com. Psikolog dan penulis buku The Higly Sensitive Person, Dr. Elaine Aron (1997) mendefinisikan orang yang memiliki kondisi Higly Sensitive Person adalah :
Orang yang memiliki sistem saraf yang lebih sensitif sehingga mudah memperhatikan hal-hal kecil dalam lingkungan mereka yang luput diperhatikan oleh orang lain.
Semisal ada kerabat yang mendapat musibah. Bagi orang-orang dengan empati tinggi, juga bisa dikatakan sensitif. Namun perhatiannya fokus pada pengalaman dan perasaan dari yang tertimpa musibah. Sehingga memosisikan diri dalam situasi dan kondisi sang kerabat.
Namun bagi Higly Sensitive Person, akan membawa kejadian itu dalam kehidupan pribadi. Seakan-akan musibah tersebut dialami sendiri. Sehingga membawa situasi emosional ini lebih besar dari sekedar empati.
Di antara ciri-ciri Higly Sensitive Person, yang gampang ditemukan, Pertama, Gampang menangis atau lebih cengeng. Jika ada kejadian atau peristiwa yang menyentuh emosinya, walau tak terlibat langsung, tanpa aba-aba, tangisan dan air mata akan hadir dengan sendirinya.
Kedua. Mudah panik bahkan depresi. Contoh paling gampang, coba lihat ibu-ibu yang panik dan terburu berdandan karena ditungguin suami. Atau mendapatkan tugas yang ada deadline dari Atasan kantor yang pemarah. Higly Sensitive Person cenderung sulit jika bekerja dibawah tekanan (under pressure).
Ketiga. Lebih reaktif dan memiliki perasaan yang mendalam. Karena kadar sensitifnya tinggi, maka intuisinya memproses sebuah situasi, cenderung lebih dalam. Bisa marah atau menangis, atau mungkin juga lebih suka sendiri dengan mengurung diri. Â Merasa diri menjadi penyebab atau yang paling bersalah.
Dalam beberapa literasi, Higly Sensitive Person juga memiliki kelebihan atau keuntungan tersendiri.
Dituliskan, mereka Lebih teliti dan sangat memperhatikan hal-hal yang detail. Mampu membayangkan sesuatu yang mereka inginkan, yang berbeda dengan orang lain. Walau membutuhkan waktu lebih panjang dalam berfikir, namun mereka mampu bekerja optimal dalam tim (team player).
Jadi...
Kondisi Higly Sensitive Person ini bisa dimiliki semua jenjang usia. Mulai dari balita, anak-anak, remaja hingga dewasa dan orang tua. Dalam berbagai penelitian, dipaparkan 15-20% dari populasi manusia adalah Higly Sensitive Person. Artinya 1 dari 5 orang, tah?
Kunci untuk mengatasi kondisi Higly Sensitive Person ini, menurut Dr. Elaine Aron adalah merangkai ulang sifat anda dan mulai melihatnya sebagai sebuah keunggulan yang menguntungkan.
Misalnya? Mengelola stres dengan baik. Melakukan sosialisasi dan interaksi dengan benar. Higly Sensitive Person cenderung terlalu banyak bersosialisasi atau kurang bersosialisasi. Maka disarankan memilih lingkungan yang benar dan nyaman. Terakhir, lebih pedulikan diri sendiri dari pada orang lain dan hidup dengan keteraturan.
Hayuk pelan-pelan, mulai mengurangi ucapan, "Kamu lebay!, "Jangan sensi!" atau "gak usah baper!" Bisa jadi, mereka memiliki kondisi Higly Sensitive Person. Atau malah kita sendiri?
Demikianlah. Sepakat? Hayuk salaman...
Curup, 21.01.2020
[ditulis untuk Kompasiana}
Taman Baca:
id.wikihow.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H