Hingga kemudian, kecoa tersebut hinggap di tubuh seorang pengunjung. Sesaat mengamati gerak gerik kecoa, dengan tenang ia berhasil menangkap kecoa itu dan menyerahkannya pada pelayan restoran. Kepanikan selesai. Namun, suasana restoran tak lagi sama seperti sebelum peristiwa kecoa itu terjadi.
Dan dipaparkan nilai yang terkandung dalam kisah ini.
Pertama. Saat wanita itu mengalami kepanikan yang menjadi histeria. Memengaruhi lingkungan sekitar. Berbeda sikap dengan pengunjung yang berhasil menangkap kecoa tersebut yang mampu bersikap tenang.
Dari perbedaan aksi dan reaksi. Esensi permasalahan bukan pada kecoa. Tapi pada ketidakmampuan wanita tersebut saat menghadapi kecoa. Sehingga membuat suasana restoran jadi kacau.
Kedua. Siapapun sepakat kecoa dianggap binatang menjijikkan. Dan, kecoa akan tetap begitu selamanya. Kecuali pada dongeng anak-anak atau pada film animasi. Kecoa tak akan pernah bisa diubah menjadi binatang yang lucu dan menggemaskan.
Ada gangguan psikologi, bahwa wanita tersebut merasa terganggu. Sesungguhnya bukan tentang kecoa yang mengganggu. Tapi kegagalan wanita itu mengatasi gangguan yang disebabkan kecoa.
Jadi? Reaksi dituntun secara naluriah, sedangkan tanggapan (respon) sudah melalui pemikiran.
Akhirnya...
Kukira, tak ada kehidupan yang tanpa masalah, kan? Dan, masalah akan tetap saja masalah. Bahkan bisa saja akan menjadi bertambah, jika kita keliru bereaksi dan melakukan aksi berlebihan dalam menanggapi.
Sesuatu yang dilakukan dengan euforia dan histeria dalam menyikapi sesuatu. Terkadang berakibat buruk. Baik bagi diri sendiri atau orang lain. Ketenangan dan menahan diri, agar tidak bereaksi berlebihan dari suatu masalah atau kejadian, bahkan menghadirkan kebahagiaan.
Kalau bilang ahli hikmah,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!